• LAINYA

TAFSIR-ETIKA–Berbuat dosa adalah kelancangan dan kekurangajaran, tidak tanggung-tanggung, terhadap Allah SWT. Betapa tidak, sulit dibayangkan makhluk yang lemah dan tak berdaya ini berani dan lancang melanggar kehendak terbaik Allah yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. Manusia yang serba terbatas seolah lebih tahu dari kebaikan dirinya daripada Allah Yang Mahatahu dan Maha Penyayang.

Saking lancangnya, orang yang berdosa merasa nyaman dan aman, tidak ada kekhawatiran akan resiko dari perbuatan dosanya sendiri. Dia nyaman karena Allah Maha Penyayang. Rahmat Allah mendahului murka-Nya. Dia senantiasa memberi kesempatan akan kita semua sadar dan kembali kepada suara hati kita yang suci dan bersih. Allah sangat mencintai dan merindukan hamba-hamba yang bertaubat.

Kasih sayang Allah begitu besar hingga betapa banyak keburukan dan dosa kita dirahasiakan oleh Allah. Bahkan Allah “memalsukan” wajah buruk kita dengan puja-puji yang Allah tebarkan melalui berbagai media, dari tangan ke tangan, dari mulut ke mulut. Seolah-olah semuanya baik-baik saja. Padahal di mata hati kita sendiri, dosa dan wajah buruk kita begitu jelas, apalagi di hadapan Allah. Namun Allah Maha penyayang dengan menutupi aib dan keburukan diri kita. Dalam munajat Sayyidina Ali bin Abi Thalib disebutkan:

Betapa banyak kehinaan yang Engkau tutupi, betapa kemuliaan indah yang tak layak aku miliki Engkau siarkan

Alkisah Dahulu, di zaman Nabi Musa a.s. pernah terjadi paceklik. Kekeringan melanda hingga sulit sekali menemukan air. Bani Israil melakukan berbagai macam cara untuk meminta kepada Allah agar diturunkan hujan. Berulang kali mereka meminta, tetapi tidak ada jawaban.

Hingga suatu malam, Nabi Musa a.s. pergi ke bukit untuk berdoa. Beliau menangis dan berkata, “Ya Allah, jikalau kedudukanku buruk di sisi-Mu, maka aku meminta kepadamu untuk menurunkan hujan, demi kedudukan Nabi yang telah Engkau janjikan akan diutus di akhir zaman!”

Baca Juga :  Bolehkah Bernyanyi dengan Ayat-ayat Alquran Diiringi Alat Musik?

Kemudian Allah SWT mewahyukan kepadanya, “Wahai Musa, kedudukanmu di sisi-Ku tidaklah buruk. Bagi-Ku, engkau begitu mulia. Namun ada seorang hamba di antara kalian yang menentangku selama 40 tahun. Jika kalian mengeluarkannya dari lingkungan kalian, Aku akan menurunkan hujan kepada kalian.”

Setelah itu, Nabi Musa segera berkeliling ke lorong-lorong desa dan berkata, “Wahai hamba yang bermaksiat kepada Tuhannya selama 40 tahun, keluarlah dari lingkungan kami! Karena kamu maka Allah menahan turunnya hujan kepada kami.”

Orang yang bermaksiat itu mendengar seruan Nabi Musa. Dia sadar bahwa dirinyalah yang dimaksud. Dalam dirinya dia berkata, “Apa yang harus aku lakukan. Jika aku masih tetap berada di antara mereka, Allah tidak akan menurunkan hujan itu karenaku. Namun jika aku keluar, maka terbukalah semua aibku di hadapan Bani Israil.”

Akhirnya, dia memasukkan kepalanya ke dalam pakaian seraya merintih, “Duhai Tuhanku, aku bermaksiat kepada-Mu dengan segala kemampuan-Ku. Aku berani menentang-Mu dengan kebodohanku. Kini aku datang dengan segenap penyesalan untuk bertaubat kepada-Mu. Maka terimalah taubatku, dan jangan engkau tahan air hujan itu dari mereka karenaku!”

Belum selesai doa dari orang yang bermaksiat itu, tiba-tiba datang kabut putih menutupi langit dan seketika itu turun air hujan dengan deras. Nabi Musa bertanya kepada Allah, “Tuhanku, engkau menurunkan hujan sementara belum ada seorang pun yang keluar dari kami?”

Allah menjawab, “Sesungguhnya orang yang telah membuat-Ku menahan (air hujan) dialah yang membuat-Ku menurunkannya.”

Nabi berkata, “Tuhanku, jelaskan kepadaku tentang hal itu.”

Allah menjawab, “Wahai Musa, Aku menutupi aibnya ketika dia bermaksiat. Bagaimana Aku akan membongkar aibnya ketika dia telah bertaubat?”

وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ

Baca Juga :  Menyempurnakan Iman dan Kebahagiaan dengan Ketidaktahuan

“Dan Dia-lah yang Menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan Memaafkan kesalahan-kesalahan dan Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Syura [42]: 25).

وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِن بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ

“Dan Dia-lah yang Menurunkan hujan setelah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dia-lah Maha Pelindung, Maha Terpuji” (QS. Al-Syura [42]: 28).

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah Memaafkan [kesalahan yang] banyak” (Al-Syura [42: 30).

 

Share Page

Close