• LAINYA

Di dunia materi ini, ada benda-benda yang, di samping memiliki kesamaan dengan benda-benda lainnya, juga memiliki perilaku dan proses tertentu yang tidak dijumpai pada benda-benda lain.

Di antara proses tersebut adalah konsumsi dan reproduksi. Pertanyaannya, apa sebab dan faktor kejadian proses-proses ini?

Jika proses dan sifat ini muncul dan berasal dari dimensi kebendaan makhluk-makhluk itu, maka semua itu juga dapat dijumpai pada setiap benda di alam ini. Namun, kenyataannya tidak demikian.

Jadi, sifat dan proses itu memiliki sebab dan asal yang lain yang kita sebut dengan jiwa. Karena itu pula benda dibagi oleh kalangan ilmuwan kepada dua: benda hidup dan benda mati.

Di sisi lain, di antara benda-benda hidup dan ber-jiwa juga terdapat perbedaan. Ada benda hidup yang memiliki indra dan kehendak. Ada pula benda hidup yang, selain memiliki indra dan kehendak, juga memiliki ilmu, pemikiran dan pengetahuan universal.

Perbedaan-perbedaan ini selanjutnya menjadi acuan untuk membagi elah menyebabkan sedemikian rupa benda hidup kepada tiga: tumbuhan, binatang dan manusia.

Sebagai manusia, kita di awal kehidupan kita, dari satu sisi, sama dengan benda lain, karena hukum-hukum yang berlaku pada benda lain itu juga berlaku pada diri kita. Tetapi dari banyak sisi yang lain, kita melihatndiri kita berbeda dengan benda-benda mati, bahkan dengan makhluk-makhluk hidup lainnya. Kita percaya bahwa diri kita adalah makhluk paling cerdas di muka bumi; memiliki peradaban, kemajuan, ilmu pengetahuan yang unik dan spesial. Jadi sebelum penelitian ilmiah dan filosofis ditempuh, kita sudah menyadari ada dua realitas dalam diri kita: satu realitas yang diaebut dengan tubuh atau badan, yakni dimensi yang, dari sejumlah aspek, sama seperti benda-benda alam materi ini; realitas lainnya itulah yang dikenal dengan jiwa, sukma atau ruh, yakni suatu dimensi yang membedakan manusia dari benda dan makhluk di alam materi ini.

Baca Juga :  Menyempurnakan Iman dan Kebahagiaan dengan Ketidaktahuan

Karena itulah kita memilah fenomena dan peristiwa yang berlaku pada jasad dan yang berlaku pada ruh dengan istilah fenomena jasmani dan nafsani atau rohani.

Refleksi dan konsekuensi dari penjelasan di atas tentang diri kita dapat kita jumpai juga seputar bahasa. Bahasa merupakan cermin pikiran. Dalam setiap bahasa, terdapat kata dan kalimat yang terdiri dari subjek dan predikat.

Ada dua macam pernyataan yang subjeknya adalah manusia. Macam pertama adalah pernyataan yang mengungkapkan keadaan-keadaan, sifat-sifat dan fenomena-fenomena jasmani manusia, yaitu badan. Biasanya, predikat pernyataan seperti ini juga bisa berlaku pada subjek-subjek jasmani yang lain.

Adapaun macam kedua dari pernyataan terdiri dari predikat yang, selain dapat berlaku pada binatang, juga terbentuk dari predikat yang subjeknya hanyalah manusia, seperti pikiran, harapan, cita-cita, cinta, keputusan, niat, kehendak dan pilihan. Kata-kata ini juga bisa disebut sebagai kata-kata nafsani.

Predikat dan kata seperti ini tidak kita gunakan untuk membicarakan dimensi kesamaan antara manusia dan makhluk-makhluk jasmani. Atas dasar ini, dapat dirumuskan bahwa manusia memiliki suatu realitas selain badan disebut dengan jiwa.

Share Page

Close