• LAINYA

Shadr Al-Muta’allihin Al-Syirazi–Surat Fātihat al-Kitāb (Pembuka Alquran) ini bernama Umm al-Qur’ān (Ibu Alquran) karena menghimpun keseluruhan pengetahuan yang terkandung dalam Alquran. Selain bernama surat al-Kanz (khazanah), surat al-Wāfiyah (pencukup), surat al-Hamd (pemujian), surat Al-Fatihah juga dinamai dengan surat al-Matsani mengingat surat ini dibaca di setiap shalat atau karena ia turun dua kali berdasarkan pendapat yang mengatakan, “Surat ini turun satu kali di Mekkah dan satu kali di Madinah.” Nama lain dari surat ini adalah surat al-Syāfiyah (penyembuh).

Berdasarkan ijmak, surat al-Fatihah terdiri atas tujuh ayat, walaupun ada perbedaan pendapat: [apakah] ayat [ketujuh], “Jalan orang-orang yang Engkau anugerahi” ini satu ayat sendiri tanpa basmalah ataukah sebaliknya.

*****

Saya memohon pertolongan kepada Allah yang Mahamandiri yang, dengan nama-Nya, kita tegak. Dan kami bersalat serta berpuasa dengan kekuatan-Nya yang, dengannya, langit di atas bumi tegak, bersalat, berpuasa, berukuk dan bersujud, sehingga hanya kepada-Nya kami bertujuan dan mengarah, bergerak kepada-Nya dan berdiam, bertetap-ada dan berkekalan. Kami mengikuti dan menapaki jejak Nabi sera keluarganya alayihi al-salam dalam semua perbuatan dan pengetahuan.

Saudaraku, semoga Allah melimpahkan keberuntunganmu dalam memahami keunikan-keunikan Alquran dan menggali keajaiban-keajaibannya! Ini adalah titik awal memasuki berbagai medan penyaksian-hakikat (masyahid) ayat-ayat Alquran, bertolak dari memaparkan sejumlah kunci pintu-pintu surga dan menerangkan pelita cahaya-cahaya petunjuk (al-hidâyah) serta makrifat (al-‘irfan).

Ketauhilah bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia. Namun, di awal penciptaannya, ia berada dalam batas-batas (derajat-derajat) kerendahan dan kekurangan karena realitasnya sebagai produk dari elemen dan unsur-unsur [kebendaan], tak ubahnya dengan spesis-spesis binatang yang lain.

Baca Juga :  Antony Flew, Filosof Legendaris Ateis Abad 20 (2): Gugus Riwayat Pemikiran dan Sikapnya

Kendati berada dalam derajat-derajat kerendahan dibandingkan semua substansi dan entitas yang lain, tetapi pada esensinya sendiri terdapat potensi (quwwah) meniti-naik hingga derajat kesempurnaan dan mencapai cahaya-cahaya Asal (al-mabda’, baca: Tuhan) Yang Mahatinggi, Maha Berkuasa dan Maha Pelaksana. [Di derajat kesempurnaan itu], ia bebas dari kejahatan dan penderitaan, menjadi salah satu penduduk alam cahaya, bahagia dengan kenikmatan akhirat. Karena itu, dalam Kepedulian Ilahi (al-‘inayah al-ilahiyyah), hal itu tidak mungkin diabaikan [hingga manusia] berada di padang rumput syahwat tanpa petunjuk seperti bangsa ulat dan serangga, tidak pula menjalani hidup tanpa sesuatu (tujuan) yang karenanya ia diciptakan. Ia tidak akan dibiarkan secara sia-sia.

Juga telah terbukti bahwa segala sesuatu memiliki kesempurnaan yang khas sebagai tujuan penciptaannya, dan memiliki tindakan yang menempurnakannya jika ia berhasil menuntaskannya. Adapun kesempurnaan manusia terwujud dengan mencapai kedudukan-kedudukan ilahi dan meraih pengetahuan universal aklani sekaligus memurnikan diri dari indraan-indraan material, tidak terikat oleh hal-hal rendah duniawi, terbebas dari jeratan motif-motif nafsani (hawa nafsu), dan terlepas dari ikatan-ikatan syahwat dan daya amarah.

Semua itu tidak akan terealisasi kecuali dengan petunjuk (hidayah), pengajaran, pembinaan dan pengawasan. Maka, Allah SWT mengutus rasul sebagai juru petunjuk dan pengajar, menurunkan kepada kita kitab ilahi yang kokoh yang mengandung paket-paket pengetahuan ilahiyah, rahasia-rahasia rabbaniyah, aturan-aturan dan hukum-hukum praktikal serta undang-undang politik. Dia menenurunkan kitab itu secara bertahap sesuai kemaslahatan dan momentum. Maka, Dia menjadikannya bersurat-surat dan berayat-ayat.

Setiap surat dari kitab itu adalah samudera yang kaya mutiara pengetahuan dan penjelasan. Ia bahkan galaksi yang penuh dengan bintang-gemintang hakikat dan realitas. Demikian pula setiap ayatnya merupakan kerang yang menyimpan butir-butir mutiara bernilai tinggi yang, masing-masing, merupakan ruh manusia bahkan bintang bersinar di langit kenabian, kewalian dan makrifat sehingga, dari gemerlap kilauannya, terpancar cahaya petunjuk dan kehidupan iman. Terutama al-Fatihah; surat yang, kendati ringkas, ini mencakup untaian-untaian pengetahuan ayat-ayat Alquran, pokok-pokok rahasia Asal (al-mabda’) dan Tujuan (al-ma‘ad) serta keadaan-keadaan seluruh makhluk di Hari Akhirat di hadapan (Tuhan) Yang Mahakasih.

Baca Juga :  Masuk Islam karena Alquran (2): Gary Miller, Profesor Kanada yang Tadinya Menantang dan Mencari-cari Kesalahan

Karena itu, simaklah pembacaan ayat-ayat Alquran dengan pendengaran hati kalian sehingga cahaya-cahaya mukjizat Rasulullah itu menembus ruang-ruang batin kalian. Maka, bertakwalah kepada Allah, patuhilah kalimat-Nya dengan hati yang bening, mata-batin yang bersih dan penglihatan yang suci dari kabut dan noda. Dengarkanlah hikmah-Nya, sambutlah perkataan-Nya dengan jiwa yang bersih dari penyakit-penyakit batin-nafsani dan dengan pendengaran yang tanggap serta terbebas dari opini-opini palsu, sesat, penyesat dan penghalang seperti awan yang berada di antara lembaran batin dan cahaya mentari hakikat.

Maka, orang yang tidak bersambung dengan cahaya Kalam [Tuhan] Al-Haqq (Mahanyata) dengan realitas dirinya, atau tidak tergerak dengan lintasan-lintasan batinnya menuju Dia adalah karena kerusakan fitrah aslinya, atau karena kegelapan yang meliputinya dan selubung-selubung yang saling menumpuk hingga menghalangi dirinya dari cahaya Yang-Mahanyata.

Faktor-faktor ini muncul dari menerima opini-opini palsu yang menyesatkan atau bertaklid kepada orang-orang yang ingkar Tuhan (al-ta‘thīl) dan pemalas, seperti dalam firman Allah:

وَحِيْلَ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ مَا يَشْتَهُوْنَۙ

“Diletakkan penghalang antara mereka dan apa yang mereka inginkan” (QS. Saba’ [34]: 54).

وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ

“Kami letakkan penghalang di hadapan mereka dan di belakang mereka, sehingga Kami menutupi (pandangan) mereka, maka mereka tidak dapat melihat” (QS. Yasin [36]: 9).

Karena itu, orang yang berkemauan menempuh jalan keluarga Al-Haqq dan berkeyakinan kokoh, setelah membersihkan diri dari kehinaan-kehinaan moral, harus pertama-tama menghindari pertemanan dengan orang-orang yang tak beragama dan sesat, karena mereka itulah orang-orang yang telah terkunci hati, pendengaran dan penglihatan mereka sehingga mereka tidak paham, begitu pula pertemanan dengan orang-orang pembuat bid’ah yang sesat, karena mereka itulah orang-orang yang, ketika diberi bukti-bukti nyata oleh para rasul, justru gembira dengan ilmu yang mereka miliki sehingga mereka ditimpa oleh apa yang dulu mereka perolok-olokkan. Semoga Allah melindungi kami dan kalian dari keburukan dua kelompok itu, dan semoga Allah idak mengumpulkan kita dengan mereka barang sesaat pun, karena mereka semua termasuk dari teman-teman dekat setan terkutuk, anak-anak kegelapan dan keluarga thaghut.

Baca Juga :  Ibnu Maytsam, Bapak Optik Modern dari Mengaku Gila sampai Jadi Nama Asteroid

Sekali lagi kami memohon perlindungan kepada Allah dari mereka, seperti juga kami berlindung kepada Allah dari setan terkutuk dan agar kami, dengan cahaya fitrah, dapat melenyapkan bekas-bekas mereka dari hati yang bersih untuk, selanjutnya, kami menyelami pengetahuan Alquran yang mulia dan peringatan yang bijak (al-dzikr al-hakim) dengan membaca kalimat sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah SWT:

أَعُوذُ بِٱللَّهِ مِنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ ٱلرَّجِيمِ

Aku berlindung dengan Allah dari setan yang terajam.”

Share Page

Close