• LAINYA

TAFSIR-QURAN.COM–Apakah ada surah bernama “surah Perang” dalam Alquran? Kalau warga Jordania sempat dibuat heboh lantaran tersentak oleh nama surah Bani Israel, tetapi nama itu memang nama lain dari surah Al-Isra’ yang juga digunakan di beberapa cetakan Alquran di sebagian negara Muslim (lihat: Heboh, Ada Nama Surah Bani Israel Dalam Alquran).

Baca juga: QS. Al-Dhaha [93]: Ayat 7; Nabi Sesat (1): Antara Tidak Tahu, Bingung Dan Lengah
Baca juga: QS. Al-Nur [24]: Ayat 35; Wahdatul Wujud (2): Makhluk Itu Ada Atau Tidak?
Baca juga: QS. Al-Nur [24]: Ayat 35: Wahdatul Wujud (1); Kafir Atau Tidak?

Tidak sedikit Alquran berbicara tentang perang, jihad, dan kesyahidan. Ayat-ayat tentang perang akan mudah dijumpai di berbagai surah Alquran. Tetapi, pertanyaan di awal itu kemungkinan besar akan gagal dijawab bila kita memeriksa naskah dan cetakan Alquran yang ada. Kita baru akan menemukan surah Perang di beberapa kitab tafsir, tepatnya surah urutan ke-47. Apabila kita membuka Alquran, surah ke-47 itu bernama surah Muhammad. Seperti juga surah-surah lain Alquran, surah Muhammad memiliki nama lain, di antaranya nama al-Qitāl. Nama ini berarti perang. Inilah nama yang oleh Sayyid Qutub dalam tafsirnya diyakini sebagai nama hakiki bagi surah ke-47 karena perang menempati poros dan unsur paling dominan di dalamnya.

Jauh sebelum Sayyid Qutub, Imam Suyuthi dalam tafsirnya, alih-alih memasang nama Muhammad yang populer untuk surah ke-47, justru memilih nama al-Qitāl untuk surah ini. Sebelum ia membawakan riwayat dari Ibn Mardaweih dari Ibnu Abbas yang menyebut surah ini dengan nama Muhammad, ia mencatat riwayat di bagian paling atas sekali juga Ibnu Abbas bahwa surah al-Qitāl, yakni surah Perang, turun di Madinah (al-Durr Al-Mantsūr, jld. 13, hlm. 349; al-Kashani, al-Tafsīr al-Shāfī, jld. 4). Sebagai pelengkap, Imam Suyuthi juga mencatat riwayat dari Abdullah bin Zubair yang menyebut surah Muhammad dengan surah Orang-Orang yang Kafir (alladzīna kafarū).

Baca Juga :  Tadabur: QS. Al-Syura [42]: ayat 27

Sebab Penamaan Surah
Surah ke-47 ini dinamai Muhammad karena nama mulia ini terdapat di ayat kedua, dan dinamai surah Perang (al-Qitāl) karena kandungannya membicarakan jihad dan perang. Adapun ia dinamai surah Orang-orang yang Kafir karena surah ini diawali dengan frasa tersebut.

Baca juga: QS. Al Imran [3]: Ayat 169; Jihad Dan Syahid, Dua Ajaran Unik Dan Istimewa
Baca juga: Imam Jalaluddin Al-Suyuthi; Mufasir Konsisten Di Atas Penguasa

Kesesuaian Surah
Imam Suyuthi sepertinya lebih senang menggunakan nama surah Perang, termasuk di karya lainnya seperti: Tanāsuq al-Durar fi Tanāsub al-Suwar (hlm. 117). Dalam buku ini, ia sependapat dengan Imam Thabarsi dalam Tafsir Majma’ Al-Bayān (jld. 9, hlm. 142) yang mengungkapkan kesesuaian (tanāsub) surah Perang dengan surah sebelumnya, al-Ahqaf.

Surah al-Ahqaf diakhiri dengan ancaman kehancuran orang-orang fasik yang menyimpang dari hukum Allah, sama dengan surah Perang yang diawali juga dengan ancaman tidak berartinya perbuatan baiknya orang-orang kafir. Kesesuaian juga tampak lebih menonjol antara surah Perang dan surah setelahnya, yaitu surah Fath, surah Kemenangan.

Sejarah Surah
Surah ini, sekali lagi, termasuk dalam surah Madaniyyah, turun setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah. Menurut urutan penurunan Alquran, surah Perang adalah surah ke-95 yang diterima Nabi SAW, memuat 38 ayat, 542 kata, dan 2424 huruf.

Baca juga: QS. Al-Baqarah [2]: Ayat 42; Cara Membuat Hoax
Baca juga: QS. Al Imran [3]: Ayat 169; Jihad Dan Syahid, Dua Ajaran Unik Dan Istimewa
Baca juga: QS. Al Imran [3]: Ayat 118; Seni Rahasia Dalam Politik Dan Hukum-Hukum Musuh
Baca juga: Telah Terbit: Tafsir Imam Ghazali

Kandungan Surah
Poros utama surah Perang ialah peperangan dan jihad menghadapi musuh Islam. Di dalamnya terdapat perbandingan kriteria orang-orang beriman dan orang-orang kafir serta nasib hidup mereka. Kandungan surah ini dapat dirangkum dalam 7 topik:

Baca Juga :  Palestina dalam Alquran (1): Minimal 10 Kali Disinggung Alquran

1. Iman dan kekafiran serta keadaan orang beriman dan orang kafir di dunia dan di alam setelah kematian.
2. Berjihad melawan musuh Islam dan hukum memeperlakukan tawanan perang.
3. Menerangkan keadaan orang munafik yang melakukan makar di Madinah di saat surah ini diturunkan.
4. Dorongan mempelajari pengalaman bangsa terdahulu untuk mengambil pelajaran hidup dan masa depan.
5. Menerangkan ujian Allah.
6. Menerangkan infak sebagai bagian dari berjihad.
7. Syarat berdamai dengan orang kafir yang memusuhi[HCF]

Skema Tematik Surah

Share Page

Close