• LAINYA

LITERATUR–Begitulah buku ini dikenal akhir-akhir ini di kalangan peneliti: Mufradāt Raghib. Judul lengkapnya Mu’jam al-Mufradāt li Alfāzd al-Qur’ān(Kamus Kosakata Alquran). Dari judul ini juga tampak keseluruhan isi dan subjek utamanya, yakni upaya penulis menyuguhkan keterangan seputar kosakata-kosakata yang digunakan sepanjang Alquran. Tentu saja, penulis amat piawai melapisi uraian-uraian deskriptifnya dengan kedalaman analitis.

Didukung oleh penguasaan berbagai bidang ilmu: tatabahasa Arab, sastra puisi, hadis, akhlak dan, utamanya, kalam dan filsafat serta tafsir, karya monumental Al-Raghib ini telah meraih tempat istimewa di pusat-pusat studi ilmiah hingga menjadi referensi beberapa abad belakangan di kalangan pelajar, ulama dan peneliti.

Buku ini salah satu karya ilmiah yang sangat dominan melambungkan penulis asal Ishfahan, sebuah kota di negeri Persia (Iran sekarang), Abul-Qasim al-Hussein bin Mufaddal bin Muhammad atau, lebih dikenal dengan, Raghib Ishfahani (w. 502 H/ 1108 M).

Posisi mengagumkan ini bukan tanpa alasan; ada banyak keistimewaan dan keunikan, di antaranya:

  1. Buku glosari dan kamus bahasa Alquran ini konsisten fokusnya terbatas pada kosakata Alquran dan, praktisnya, berhasil menghimpun sebagian besar kosakata Alquran.
  2. Buku ini menyusun materi entri-entrinya secara serial dan beruntun kemudian berupaya mengurai kata-kata derivatnya, sekalipun pada entri tertentu tidak diperoleh derivat yang diperlukan atau tidak dijelaskan aspek-aspek penggunaan.
  3. Buku kamus quranik ini cukup fasih mengungkap kekuatan daya ingat penulisnya dan ketajaman pikirannya. Ini tampak dari kedalaman menelaah sebuah kosakata yang, di sebagian tempat, terkesan berlebihan atau, ditempat lain, mengabaikan aspek lain.
  4. Buku ini juga menggali aspek-aspek etimologis, berupaya mencari asal usul sebuah kata dan mengembalikannya ke akarkata. Pada titik itulah dapat diamati seberapa berhasil penulis melakukannya dan di mana saja penulis menghadapi kendala.
  5. Kekuatan lain dari buku ialah upaya ilmiah penulisnya dalam merujukkan uraiannya ke buku-buku para imam besar bahasa Arab. Ia banyak mengambil keterangan dari Kitāb Al-Ayn, karya Al-Khalil Al-Farahidi (w. 160 H), Al-Shihāh karya Al-Jauhari (w. 381 H), dan Maqāyīs Al-Lughah karya Ahmad bin Faris Al-Razi (w. 385 H).
Baca Juga :  Doa Khatam Membaca Alquran

Serangkaian kekuatan dan keunikan Mu’jam al-Mufradāt li Alfāzd al-Qur’ātidak lantas mengaburkan pandangan sebagian kalangan pakar. Mereka melancarkan sejumlah kritik, di antaranya, banyak kata-kata Alquran tidak terakomodasi. Kritik ini merupakan persoalan umum yang galib dijumpai pada karya sejenis berkenaan dengan glosari dan leksikologi Alquran atau kamus bahasa Arab secara umum.

Sebagian ahli menitikkan kritik pada kekeliruan penulis dalam menertibkan dan menyusun secara sistematis kosakata. Kritik ini pun tidak begitu signifikan, selain juga jamak terjadi pada karya-karya di bidang yang sama.

Hanya kritik yang tampak serius menampilkan kelemahan karya Raghib Ishfahani terkait dengan pengalaman hidupnya. Sejauh catatan sejarah yang amat terbatas tentang biografinya, ia cukup lama hidup di Isfahan tanpa punya pengalaman perjalanan kecuali ke negeri Rey (selatan Tehran, ibukota Iran sekarang). Ia tidak hidup langsung di tengah bangsa Arab, bernapas dengan suasana kehidupan berbahasa mereka untuk dapat meneliti dan merasakan warna warni dan cita rasa bahasa sehingga memperoleh naluri bahasa Arab.

Namun demiikian, penguasaan Raghib Isfahani atas berbagai disiplin ilmu keislaman serta interaksinya dengan para ulama dan sarjana Muslim di Persia, sebuah negeri peradaban yang melahirkan banyak ilmuwan dan ulama besar dan berkontribusi paling kaya untuk dunia Islam, semua ini menyediakan sarana-sarana yang meningkatkan naluri bahasa Arab Raghib.

Terlepas dari catatan di atas, buku Mufradāt Raghib merupakan salah satu referensi primer yang amat layak diakses para peneliti Alquran dan tafsir. Kritik, betapapun keras dan banyaknya, menunjukkan pentingnya buku ini hingga mendapat perhatian dan fokus khusus dari para kritikusnya. Kini, banyak peneliti melakukan investigasi filologis naskah-naskah buku ini. Adapula revisi kritis atasnya seperti yang dilakukan oleh sarjana Islam, Ali Al-Kurani Al-‘Amili.

Share Page

Close