• LAINYA

TASAWUF-ETIKA–Setiap orang pasti punya keinginan. Sufi yang ahli zuhud pun, untuk memutus keinginan dari dunia, perlu keinginan, yakni keinginan meniadakan keinginan pada hal-hal duniawi. Keinginan, karena itu, bagian dari esensi kemanusiaan semua orang.

Tanpa keinginan, seseorang bukan manusia, seperti juga tanpa cinta, dia tak beda dengan benda mati, karena keinginan merupakan derajat awal dari cinta.

Keinginan manusia bukan sembarang keinginan, tetapi keinginan yang setingkat dengan cinta tertinggi, yaitu keinginan bahagia berjumpa dengan Yang paling diinginkan, Yang Mahakasih, Allah SWT.

Bagaimana caranya? Salat. Ya, salat yang dalam hadis Nabi SAW disebut sebagai sarana mikraj ruhani berjumpa dengan Allah, menghadap dan menumpahkan keinginan dan kerinduan ke hadapan-Nya.

SALAT ADALAH MIKRAJ ORANG BERIMAN–Nabi SAW

Alkisah, seorang lelaki menemui mullah sufi Persia, Behjat Fumani. Kepadanya dia mengeluhkan dirinya, “Tuan, saya kadang salat, kadang tidak. Apa yang harus saya lakukan?”

“Ya, salat saja!” jawab sufi singkat.

Belum puas dengan jawaban, lelaki itu mengulang lagi pertanyaannya. Maka, sufi Persia itu berpesan, “Ingin akherat, salatlah. Ingin dunia juga salatlah. Tapi kalau kamu tidak ingin apa-apa, tidak usah salat!”

Sufi ini hendak memberikan kesempatan kepada kita untuk berpikir jernih dan menentukan pilihan berikut resikonya: hidup dengan keinginan maka lakukan salat, atau hidup tanpa keinginan apa-apa, maka mati saja. Orang yang hidup tanpa salat adalah jiwa yang mati.

Dalam Alquran, salat berfungsi sebagai cara terbaik mengikat keinginan pada Allah Tercinta dan pelindung dari kerusakan jiwa (QS. Al-Ankabut [29]: 45). Dalam Al-Baqarah [2]: 45 & 153, salat bersama sabar didefinisikan sebagai sarana kesuksesan:

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

“Dan mohonlah pertolongan [kepada Allah] dengan sabar dan salat. Dan [salat] itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”

Manusia yang punya keinginan besar adalah orang yang bercita-cita tinggi. Orang seperti ini menyimpan kekuatan jiwa dan fokusnya hanya tercurah pada tujuan utama dan keinginan terbesar. Maka, manusia yang bercita-cita tinggi pasti khusyuk, yakni tekun dan tunduk sepenuhnya pada harapan utamanya, Allah SWT.

Share Page

Close