• LAINYA

BERJUDUL LENGKAP Al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an (Neraca dalam Tafsir Al-Quran) lazim dikenal dengan nama “Tafsir al-Mizan” merupakan salah satu kitab tafsir yang paling lengkap dan paling komprehensif dari tafsir Al-Quran mazhab Syiah yang ditulis dalam bahasa Arab pada abad ke 14 H. Dikarang oleh Allamah Sayid Muhammad Husain Thabathaba’i (1281-1360 S – 1903-1981 M), Al-Mizan merupakan tafsir tartibi. Dari segi keberadaannya saja, apalagi kandungannya, tafsir ini dapat dikatakan mempelopori tradisi penulisan kitab tafsir di era modern Syiah.

Metode penulis menganut al-Quran bi al-Quran, yaitu suatu metode penggalian makna dari satu teks ayat dengan teks ayat lain; metode yang dapat dilacak dalam tafsir Sayyid Murtadha. Didukung penguasaan penulisnya atas ilmu-ilmu: fiqih, ushul fiqih, filsafat, irfan-tasawuf, geometrika, dan sosiologi, tafsir ini tampak menyimpan kekayaan interdisipliner.

caver tafsir al-mizan – thabathaba’i

Metode ini dibangun di atas doktrin Al-Quran itu sendiri yang sesungguhnya juga keyakinan kaum Muslim bahwa ayat-ayat al-Quran saling menafsirkan satu sama lain. Kejujuran ilmiah, keakurasian dan keadalaman tafsir al-Mizan menyebabkan tafsir ini menjadi perhatian ulama-ulama Syiah dan Sunni dan merupakan referensi terpercaya dalam memahami dan meriset al-Quran. Dalam waktu yang singkat telah ditulis puluhan buku, ratusan makalah dan skripsi, tesis dan disertasi tentang Tafsir al-Mizan. Salah satu kelebihan tafsir ini adalah penelitian secara mendalam tentang tema-tema penting seperti kemukjizatan al-Qur’an (i’jāz al-Qurān), kisah-kisah para nabi, ruh dan jiwa, terkabulkannya doa, tauhid, taubah, rizki, keberkahan, jihad, dan lainnya yang sesuai dengan ayat-ayat yang berkenaan dengannya dibahas dan dikaji secara teliti. Tafsir ini telah diterjemahkan dan diterbitkan ke berbagai bahasa: Persia, Inggris, Urdu, dan Turki (Azeri) dan Turki Istanbul.

Sayid Muhammad Husain Thabathaba’i lahir di sebuah desa Syadgan, Tabriz. Pada tahun 1304 (1925) demi menyempurnakan pelajarannya hijrah ke Najaf dan belajar dari ulama-ulama terkenal seperti: Ayatullah Husain Gharaqi (Isfahani) terkenal dengan Kumpani, Ayatullah Muhsin Naini, Ayatullah Hujjah Kuhkamari, Ayatullah Husain Baskubahi, Ayatullah Abul Qasim Khanshari dan Ayatullah Sayid Ali Qadhi. Setelah menggondol derajat ijtihad, pada tahun 1314 (1935) ia kembali ke tempat kelahirannya, Tabriz dan pada tahun 1325 (1946) pergi ke Qum dan tinggal di kota itu. Allamah Thabathaba’i semenjak saat itu hingga akhir hayatnya, di samping mengajar filsafat dan tafsir di Hauzah Ilmiyah Qum juga menulis Tafsir al-Mizan dan selesai pada malam 23 bulan Ramadhan (Lailatul Qadar) tahun 1392, setelah hampir selama 20 tahun ditulisnya. Allamah Thabathaba’i meninggal dunia pada 24 Aban 1360 (sekitar pertengahan November 1981) dan dimakamkan di Masjid Al-Asr Haram Sayidah Maksumah Qum. Selain Tafsir Al-Mizan, kitab-kitab lainnya yang merupakan karyanya di antaranya: Ushul Falsafah wa Rawisy Rialism, Bidāyah al-Hikmah, Nihāyah al-Hikmah dan Syiah dar Islām.

Mengenal Kitab
Asas penulisan Tafsir al-Mizan adalah kaidah tafsir al-Qur’ān bi al-Qur’ān. Artinya standar awal untuk menafsirkan al-Quran adalah al-Quran itu sendiri. Allamah Thabathaba’i sendiri percaya bahwa ketika al-Quran sendiri mengenalkan sebagai “Penjelas segala sesuatu (tibyan li kulli syay’), maka bagaimana mungkin untuk menjelaskan makna dan maksudnya memerlukan penjelasan-penjelasan yang lainnya? Benar, bahwa al-Quran memiliki sisi lahir dan batin dan kita dalam memahami takwil dan batin al-Quran membutuhkan pensyarah dan mufasir hakiki al-Quran yaitu Nabi Muhammad Saw dan para Imam As namun pemahaman al-Quran secara lahir (tersurat) akan ayat-ayat itu tidak bersandar pada selain al-Quran.
Ketika ayat-ayat rumit dan mutasyabih dapat ditafsiran dan dijelaskan dengan ayat-ayat muhkam lainnya maka asbab nuzul, pendapat-pendapat mufasir dan riwayat-riwayat manqul menempati derajat kedua. Sebenarnya metode Allamah Thabathaba’i ini bukan merupakan metode yang baru ditemukan dan sebagian besarnya telah dipakai namun dengan perbedaan yang sangat banyak dan oleh itu tafsir ini dikenal dengan tafsir al-Quran bi al-Quran. Dalam tafsir al-Mizan, Allamah sangat banyak menggunakan metode ini sedangkan tafsir-tafsir lain lebih jarang. Dalam Tafsir al-Mizan metode ini digunaan dalam seluruh ayat dan Allamah Thabathaba’i secara konsekuen menggunakan metode ini.

Baca Juga :  Menimbang Kasus Syekh Siti Jenar, dari Sufi Syi’ah hingga Korban Politik

Metode Al-Quran bi Al-Quran

Allamah Thabathaba’i

Dalam metode ini, pada awalnya pengarang menyebutkan beberapa ayat al-Quran dalam suatu surah yang memiliki konteks yang sama, kemudian dengan menggunakan kitab lughat (sisi kebahasaan) dan penggunaan lughat dalam ayat-ayat lain menjelaskan makna-makna mufradat (kosa kata), macam-macam istiqaq (derivasi) dan juga membahas persoalan lughawi (kebahasaan). Kemudian pada bagian penjelasan ayat, dengan memisahkan setiap ayat Allamah Thabathaba’i akan menjelaskan penafsiran ayat-ayat itu. Jika dipandang perlu, Allamah Thabathaba’i akan mengkritik pendapat-pendapat mufasir besar baik dari kalangan Syiah maupun Ahlu Sunah.
Di bagian akhir, terdapat pembahasan mengenai “Pembahasan Riwayat” untuk mengkritik riwayat-riwayat Syiah dan Ahlu Sunah dalam ayat-ayat tertentu. Demikian juga, pengarang dalam sela-sela tafsirnya, berusaha untuk menjelaskan ayat-ayat dengan disesuaikan dengan temanya, menganilisa suatu tema, mendeskripsikan, melakukan pendekatan filosofis, kemasyarakatan, sejarah dan atau keilmuan ayat-ayat yang bersangkutan.
Dengan memperhatikan penguasaan atas berbagai ilmu dalam Tafsir al-Mizan, Allamah Thabathaba’i memiliki pendekatan yang komprehensif dalam membahas tema-tema dalam kitab tafsirnya. Ia dengan teliti dan penguasaannya yang luar biasa atas al-Quran, berkali-kali dan dalam berbagai tempat di tafsir al-Mizan meletakkan ayat-ayat yang memiliki kesamaan konteks di satu tempat, dengan disertai dengan memberikan dalil-dalil logis (aqli) dan bersandar pada argumen-argumen al-Quran untuk menjelaskan dan menyebut obyek-obyek atau personifikasi-personfikasi ayat. Dari sisi kejujuran intelektual, penguasaan metode dan akurasi isinya, Tafsir al-Mizan selalu menjadi perhatian dan diminati oleh kalangan Syiah dan Sunni di Iran dan di dunia.

Karakteristik Tafsir al-Mizan
Ciri terpenting tafsir al-Mizan adalah tafsir al-Qur’an bi al-Qur’an. Dalam tafsir-tafsir sebelumnya pada umumnya, apabila sebuah ayat kemungkinan memiliki beberapa makna, maka seorang mufasir akan menukil kemungkinan-kemungkinan tanpa memberikan mana yang lebih cocok menurut seorang mufasir itu namun salah satu kelebihan Tafsir al-Mizan adalah memberikan penjelasan makna, mana yang lebih cocok dengan bantuan ayat lainnya atau tanda-tanda yang ada pada ayat itu sendiri. Allamah Thabathaba’i juga memberikan penjelasan sebagian istilah agama dan qurani seperti kemustahaban doa, tauhid, taubah, rizki, berkah, jihad, dan lainnya dengan bantuan ayat-ayat al-Quran.
Pada masa lalu, tidak menjadi tradisi bahwa seorang mufasir meletakkan ayat-ayat al-Quran pada satu tema yang kemudian menyatukan dan mengambil kesimpulan, namun Allamah Thabathaba’i dalam berbagai hal telah melakukan hal ini. Misalnya beliau menyatukan semua ayat yang berkenaan dengan ihbāth (kisah turunnya Nabi Adam) dan menarik kesimpulan apakah yang dimaksud dengan ihbāth menurut ayat al-Quran. Salah satu keisitimewaan Tafsir al-Mizan yang menonjol adalah kisah al-Quran. Allamah menyatukan dan menafsirkan semua ayat-ayat al-Quran yang berkenaan dengan kisah-kisah al-Quran dan dalam hal jika di ayat lain mengisyaratkan akan hal itu lagi, maka Allamah akan mengungkapkan lagi namun secara singkat.
Untuk mengetahui kisah-kisah nabi, tafsir yang ia tulis merupakan literatur yang paling baik. Allamah Thabathaba’i, disamping membandingkan Taurat dan Injil dengan Al-Quran, juga menentukan hal-hal yang telah mengalami distorsi. Corak yang cukup jelas dalam Tafsir al-Mizan adalah memberi jawaban atas keraguan dan berupaya untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman serta menaruk perhatian khusus terhadap masalah ilmiah dan filsafat teologis dari sisi lain.

Terjemahan Tafsir al-Mizan
Tafsir al-Mizan ditulis dalam bahasa Arab dalam 20 jilid (kira-kira 8000 halaman). Pada mulanya sekumpulan dari ulama dan para staf pengajar Hauzah Ilmiyah Qum seperti Ayatullah Makarim Syirazi, Ayatullah Muhammad Taqi Misbah Yazdi, Ayatullah Sayid Muhammad Baqir Musawi Hamadani, Ayatullah Abdul Karim Burujerdi dan lainnya menerjemahkan kitab Tafsir al-Mizan ke dalam bahasa Persia dalam 40 jilid (kira-kira 16.000 halaman).
Namun karena setengah dari al-Mizan itu diterjemahkan oleh Ayatullah Sayid Muhammad Baqir Musawi Hamedani, maka atas saran Allamah Thabathaba’i sisa jilid Tafsir Al-Mizan kembali diterjemahkan lagi oleh Ayatullah Sayid Muhammad Baqir Musawi Hamedani. Teks Arab Tafsir al-Mizan diterbitkan oleh Dar al-Kitab Islamiyah di Tehran pada tahun 1375 dan Muasasah al-A’la di Beirut pada tahun 1382 dan 1417, sedangkan teks Persianya diterbitkan oleh Muasasah Dar al-Ilm Qum, Kanun Intisyarat Tehran dan Daftar Intisyarat Islami (yang menginduk kepada Jamiah Mudarisin Hauzah Ilmiah Qum) dan telah mengalami beberapa kali cetak ulang. Tafsir ini hingga sekarang telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti: Persia, Inggris, Urdu dan Turki, Spanyol. Terjemah Inggrisnya mulai dari permulaan al-Quran hingga ayat 74 surah Nisa dan terdiri dari 4 jilid teks bahasa Arabnya dan sayangnya tidak berlanjut. Terjemah ke dalam bahasa Inggris ini juga terbit di luar Iran. Kini, masyarakat berbahasa Indonesia dan Melayu dapat menikmati sajian terjemahan Bahasa Indonesia tafsir ini, kendati baru sebatas 2 jilid pertama.

Baca Juga :  Indonesia dan Potensi Normalisasi Hubungan dengan Israel

Komentar Pakar

  • Murtadha Muthahhari: Kitab Tafsir al-Mizan adalah salah satu kitab tafsir terbaik al-Quran. Aku bisa klaim bahwa tafsir ini dari sisi spesialisasi adalah kitab tafsir terbaik yang ada diantara Sunni dan Syah semenjak permulaan Islam hingga zaman sekarang ini.
  • Abdullah Jawadi Thabari Amuli: Sebagaimana bahwa al-Quran adalah gudang semua ilmu, tafsir yang ditulis oleh Allamah Thabathaba’i juga merupakan gudang pemikiran dan keilmuan dimana seorang teolog memanfaatkan kehadirannya (demikian juga karyanya) dan menyampaikan kepada orang lain.
  • Muhammad Husaini Tehrani: Pada karya ini terkumpul makna-makna dhahir, batin, aqli, naqli, semuanya memainkan peranannya masing-masing. Tafsir ini sangat menarik untuk diperkenalkan sebagai bukti akidah Syiah kepada dunia. Tafsir ini juga memiliki titik sensitif, unik dan komprehensif.
  • Ja’far Subhani: Hal yang menarik perhatian dari sisi akhlak dan spiritualitas adalah sikap Allamah Thabathaba’i yang tidak terlalu menonjolkan pengetahuannya, perilakunya menjadi motivasi dalam beramal untuk memperoleh keridhaan Allah dan ikhlas. Jika seseorang tidak mengetahui ketinggian ilmu yang dimiliki oleh Allamah, maka tidak akan pernah terkira olehnya bahwa Allamah Thabathaba’i adalah seseorang yang mendirikan metode baru dan seorang guru dalam sair dan suluk (pelancongan spiritual), tafsir dan penggambaran kaedah-kaedah baru dan masalah-masalah yang ditemukan di bidang Filsafat. Alllamah Thabathaba’i harus dianggap sebagai pendiri metode khusus dalam penafsiran karena metode ini hanya ada pada keluarga wahyu, yaitu upaya menghilangkan kekaburan yang ada dengan menggunakan ayat-ayat lain al-Quran.
  • Nashir Makarim Syirazi: Karya dengan menggunakan metode luar biasa yaitu tafsir al-Quran bi al-Quran dan pasti mencakup kumpulan kebenaran yang hingga kini tersembunyi bagi kita.
  • Muhammad Hadi Ma’rifat: Tafsir ini adalah harta dari pemikiran Islam. Penemuan baru yang patut diperhatikan. Allamah Thabathaba’i dalam karyanya melakukan penelitian dengan sangat cermat dan teliti yang bisa menciptakan perubahan dalam bidang pemikiran-pemikiran keislaman, keilmuan, filsafat dan Islam. Oleh itu, pembahasan dan penelitian mengenai hal itu, merupakan sesuatu penting yang harus dilakukan oleh hauzah-hauzah ilmiah Syiah.-kitab yang terkait dengan Tafsir al-Mizan

Daftar Isi Tematik
Salah satu ciri dari tafsir tartibi (tidak seperti tafsir maudhu’i) adalah membahas tentang satu subjek tertentu dalam beberapa tinjauan dan menemukan pembahasan-pembahasan mengenai sebuah subjek yang berkaitan dengan al-Quran dan penafsiran tertentu. Demi untuk memudahkan pembaca dan penelitian atas kitab-kitab yang telah ditulis, maka dibuatlah indeks dalam subjek-subjek yang dibahasnya berdasarkan urutan abjad berdasarkan subjek yang bermacam-macam. Tafsir Mizan juga memiliki daftar isi tematik. Satunya karangan Mirza Muhammad dengan judul Miftāh al-Mizān terkait dengan terjemah 40 jilid Persia yang ditulis dalam 3 jilid dan satunya lagi karangan Ilyas Kalantari yang dicetak secara terpisah untuk tafsir berbahasa Arab dan Persia. Daftar isi tematik lainnya adalah Miftāh al-Mizān, karya Ali Rdha Mirza Muhammad dkk untuk Tafsir Mizan berbahasa Persia cetakan Intisyarat Amir Kabir yang dihimpun dalam tiga jilid.

Ringkasan Tafsir al-Mizan
Musthafa Syakir menulis kitab Khulāsah al-Mizān dalam satu jilid berbahasa Arab dan Khanum Fatimah Masyayeh menerjemahkan kitab itu dalam bahasa Persia sebanyak 4 jilid. Kitab ini dicetak oleh inisyarat Islam. Ringkasan lainnya ditulis oleh Ilyas Kalantari dengan judul Mukhtashar al-Mizan fi Tafsir al-Quran dalam bahasa Arab dalam 6 jilid, cetakan Uswah.
Ba Allamah dar al-Mizan az Mandhar Pursesy wa Pasukh adalah judul dua jilid kitab yang ditulis oleh Murad Ali Syams. Ia mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan dan jawabannya ia disadur dari Tafsir al-Mizan. Pertanyaan-pertanyaan ini berkisar tentang pembahasan Ulumul Quran, Hadis, pembahasan ilmiah, akhak, sejarah, kemasyarakatan, akidah dan fikih. Karya ini dicetak oleh Percetakan Uswah.
Al-Thabathaba’i wa Manhajahu fi Tafsirah al-Mizan adalah kitab yang ditulis Ali Ramadhan Uwaisi dalam bahasa Arab dan diterjemahkan ke dalam bahasa Persia oleh Husain Mir Jalili dengan judul “Rawisy Allamah Thabathaba’i dar Tafsir al-Mizan” dan dicetak oleh Percetakan Baina Milal dalam satu jilid. Kitab ini menjelaskan tentang metode Allamah Thathabai dalam Tafsir al-Mizan secara rinci.

Baca Juga :  Realitas Manusia dalam Kebijaksanaan Luhur (1): Ruh dan Badan

Sumber Rujukan Tafsir al-Mizan
Berdasarkan kitab-kitab di atas, Allamah Thabathaba’i menggunakan kitab-kitab berikut ini sebagai referensinya: Kitab-kitab Tafsir: Tafsir Mafatih al-Ghaib karya Fakhr al-Razi, Tafsir Majma’ al-Bayan, Tafsir Ibn Abbas, Tafsir Kasysyaf, Tafsir Thabari, Tafsir Baidhawi, Tafsir Abu al-Su’ud, Tafsir Dur al-Mantsur, Tafsir Ruh al-Ma’ani, Al-Jawahir (Thanthawi), Tafsir al-Manar, Tafsir al-Burhan, Tafsir Shafi, Tafsir Nu’mani, Tafsir Qumi, Tafsir Nur al-Tsaqalain, Tafsir al-Burhan, sebagian kitab-kitab Ayat al-Ahkam dan lainnya. Sumber rujukan Allamah Thabathaba’i dalam pembahasan mengenai riwayat-riwayat sebagian besarnya menggunakan kitab-kitab seperti: Dar al-Mantsur dan Tafsir Nur al-Tsaqalain. Kitab lughat: Mufradat Raghib, Sihah al-Lughah, al-Misbah al-Munir, Qamus al-Lughah, Lisan al-‘Arab, Al-Mazhar fi Ululmul Lughah. Kitab-kitab sejarah yang sangat banyak: Berbagai Dairah Ma’arif, Taurat, Injil, majalah-majalah dan berbagai surat kabar pada waktu itu. Itu semua sumber-sumber rujukan yang digunakan oleh Allamah Thabathaba’i dalam menulis kitab Tafsir al-Mizan.

Buku, ISTINTHAQ: BERBINCANG DENGAN TEKS SUCI TUHAN SECARA DIALEKTIS MELALUI MASALAH DAN DINAMIKA PERADABAN, SECARA INTERDISIPLINER MELALUI TRANSFORMASI ILMU PENGEAHUANis dan Makalah Ilmiah tentang Tafsir Al-Mizan
Mengingat antusias pertemuan-pertemuan ilmiah dalam Tafsir al-Mizan, disamping kitab-kitab di atas, terdapat pula ratusan kitab, makalah dan skripsi tentang tafsir al-Mizan, diantaranya adalah:

  • Dastanhai Qurani wa Tarikh Anbiya dar al-Mizan, Husain Fa’al ‘Araqi, Tehran, penerbit Subhan, cet. pertama, 1377, 2 jld, hlm. 487-582.
  • Fashl Nameh Qurani, vol. 90-10, Wizeh Tafsir al-Mizan, Markaz Farhang wa Ma’arif Quran, Daftar Tablighat Islami Hauzah Ilmiyah, Qum.
  • Parwarisy Ruh, Namaz wa Ibadat dar Tafsir al-Mizan, Abas Azizi, Qum, Intisyarat Nubugh, cet. 1, 1375, hlm. 382.
  • Tahlil Masail Imamat dar al-Mizan Syamsuddin Rabi’i, Tehran, Intisyarat Subhan.
  • Falsafah wa Quran dar Zamineh al-Mizan, Abas Mukhbar Dezfuli, Daftar Intisyarat Islami (Jamiah Mudarisin Hauzah Ilmiyah Qum).
  • Ma’ad dar al-Mizan, Syamsuddin Rabi’i. Tehran, Intisyarat Nur Fatimah S.
  • I’tibar Sanji Tarikh Manzhar Allamah Thabathaba’i.

Tingginya nilai dan kebaruan Tafsir Al-Mizan berhasil menarik fokus dan perhatian kalangan sarjana dan ilmuwan Muslim maupun non-Muslim. telah banyak makalah ilmiah, kertas kerja, buku, skripsi, tesis dan disertasi yang menyoroti tafsir Allamah Thabathaba’i ini sebagai subjek utama penelitian mereka. Berikut ini sekelumit daftar judul karya-karya ilmiah tadi:

  • Tafsir Quran be Quran dar Tafsir al-Mizan.
  • Rawabete Ijtima’i dar Islam.
  • Azadi az Didgah Allamah Thabathaba’i.
  • Imamat wa Hukumat dar Tafsir al-Mizan.
  • Barrasi Ara Ijtima’i Allamah Thabathaba’i dar al-Mizan.
  • Atsar Barzah dar Atsar Allamah Thabathaba’i
  • Imamat az nadzar Allamah Thabathaba’i dar Tafsir al-Mizan, Dr Sayid Ja’far Syahidi.
  • Ta’wil dar Tafsir al-Mizan, Muhammad Hadi Ma’rifat.
  • Nadzariyyat Al-Ta’wil, Kamal Al-Haydari.
  • I’tibar Sanji Tarikh Tarikh az Mandzar Allamah Thabathaba’i dar al-Mizan, Hasan Ahmadiyan Delawiz.

Referensi:
– Tafsir al-Mizān, Sayid Muhammad Baqir Musawi Hamedani, Daftar Intisyarat Islami, Qum, 1382.
– Darboreye Tafsir al-Mizān, Bahauddin Khurramsyahi, Nasyrdanesy, Odzar dan Dei 1360, no. 7.
– Mehr Taban, Sayid Muhammad Husaini Tehrani, Intisyarat Nur Malakut Quran, Masyhad, 1466.
– Dānesynāmeh Qurān wa Qurān Pazyuhi, Bahauddin Khuramsyahi, Nasyar Dustan, Nahid, Tehran, 1381.
– Tafsir wa Mufassirun, Muhammad Hadi Ma’rifa, Nasyar Tamhid, Qum, 1388, Qum, jld. 2, hlm. 497.
– Syamsulwahyi Tabrizi, Sirah Amali Thabathaba’i, Ayatullah Jawadi Amuli, Nasyar Isra, Qum, 1386.

Share Page

Close