• LAINYA
Naskah tua Alquran berkaligrafi Nasakh

QURANIKA-ULUMULQURAN–Tafsir adalah kata derivatif bahasa Arab yang berasal dari fasr (fa-sa-ra). Arti tafsir sama dengan arti asal kata ini, yaitu menjelaskan dan menerangkan sesuatu.[1] Ibnu Al-A’rabi mengatakan, “Fasr yaitu menyingkap yang-tertutup.”[2]

Sebagian ahli bahasa mengasalkan fa-sa-ra ke kata sa-fa-ra yang artinya menyingkapkan dan menampakkan.[3] Raghib Isfahani seolah mengakomodasi keduanya bahwa fa-sa-ra dan sa-fa-ra dua kata yang mirip maknanya semirip katanya.[4]

Baca juga: QS. Al Imran [3]: Ayat 169; Jihad Dan Syahid, Dua Ajaran Unik Dan Istimewa
Baca juga: QS. Al-Furqan [25]: Ayat 33; Sampaikan Kebenaran Dan Dengan Cara Efektif

Kendati sama maknanya dengan asal katanya, tafsir lebih lazim digunakan daripada fasr. Penggunaan ini dalam Alquran hanya dijumpai dalam satu ayat berikut, “Dan mereka tidak mendatangkan kepadamu suatu yang aneh kecuali Kami telah mendatangkan kepadamu yang benar dan sebaik-baiknya tafsir ‘penjelasan’” (QS. Al-Furqan [25]: 33).

Tentang ayat ini, seorang tabi’in dan murid terkenal Ibnu Abbas bernama Mujahid (w. 104) mengatakan, “… dan sebaik-baiknya tafsir”, yaitu sebaik-baiknya keterangan.”[5]

Kata lain yang juga digunakan oleh kalangan mufasir dengan arti yang sama dengan tafsir ialah ta’wil dan ma’na. Ibnu Al-A’rabi (w. 231) mengatakan, “Tafsir, ta’wil (takwil) dan ma’na (makna) adalah satu.”[6]

Karena itu, jika seorang mufasir mengatakan, “Ma’na ayat ini yaitu demikian”, atau mengatakan, “Ta’wil ayat ini adalah demikian”, maksud dari dua ungkapan ini ialah tafsir dan keterangan ayat tersebut.

Uniknya, penggunaan kata ta’wil dalam arti sinonim dengan kata tafsir sudah sejak awal digunakan oleh mufasir abad ketiga dan keempat. Setidaknya ini dapat dijumpai pada karya tafsir Ibnu Jarir Al-Thabari (w. 309).[7] Ia menggunakan kata ta’wil dalam arti tafsir dalam menjuduli tafsirnya, “Jāmi’ Al-Bayān ‘an Ta’wīl Ay Al-Qur’ān” (Penghimpun Keterangan tentang Takwil (tafsir) Ayat Alquran). Ia juga menyebut ahli tafsir dengan nama “ahli takwil”.

Baca Juga :  Filsafat Alquran (2): Sejarah Jatuh-Bangun Manusia dalam Relasi Akal dan Wahyu

Dalam karya tafsirnya ini, ia segera memulai tafsir setiap penggalan ayat dengan menuliskan, “Pembahasan tentang takwil—maksudnya: tafsir—firman-Nya Yang Mahatinggi”.[afh]

————-
[1] Ibn Faris, Maqāyīs Al-Lughah, jld. 4, hlm. 504.
[2] Al-Azhari, Tahdzīb Al-Lughah, jld. 12, hlm. 406.
[3] Al-Zarkasyi, Al-Burhān fi ‘Ulūm al-Qur’ān, jld. 2, hlm. 147.
[4] Raghib Isfahani, Jāmi’ Al-Tafāsīr, hlm. 47.
[5] Ibnu Jarir al-Thabari, Tafsīr Al-Thabarī, jld. 19, hlm. 12.
[6] Al-Azhari, Tahdzīb Al-Lughah, jld. 12, hlm. 407.
[7] Ja’far al-Subhani, Mansyur Jawid, jld. 3, hlm. 227.

Share Page

Close