• LAINYA

TAFSIR-QURAN.COM–Diriwayatkan Ibnu Abbas, ada orang-orang muslim di Madinah yang, karena alasan kekerabatan, pertemanan, pertetanggaan, atau juga sepersusuan, menjalin interaksi dan hubungan saling percaya dengan orang-orang Yahudi. Maka turunlah ayat ini dan dua ayat berikutnya sebagai peringatan dan batasan dalam pola pergaulan mereka dengan kalangan non-Muslim. Sementara menurut Mujahid, batasan ini juga berlaku dalam interaksi Muslimin dengan kalangan munafik di dalam tubuh umat Islam sendiri.

[arabic-font]يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْا بِطَانَةً مِّنْ دُوْنِكُمْ لَا يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالًا ۗ وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْ ۚ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَآءُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْ ۖ وَمَا تُخْفِيْ صُدُوْرُهُمْ اَكْبَرُ ۗ قَدْ بَيَّنَّا لَـكُمُ الْاٰيٰتِ اِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْن[/arabic-font]


“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang selain kamu sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya merusak kamu. Mereka menginginkan kesusahanmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu orang-orang yang berakal.”

(QS. Al ‘Imran [3]: Ayat 118)

Tadabur Ayat
1. Ayat ini terkait dengan iman dan keberimanan orang-orang yang mengaku sebagai Muslim dan umat Islam: “Wahai orang-orang yang beriman!” Artinya, keimanan seorang muslim pada agamanya akan menentukan pola tertentu dalam perilaku sosialnya dengan non-Muslim.

2. “Janganlah kamu menjadikan orang-orang yang di luar kalanganmu sebagai teman kepercayaanmu…!” Dalam ayat, teman kepercayaan diungkapkan dengan kata Arab “bithanah” yang, secara harfiah, berarti pakaian dalam yang melekat langsung dengan perut (bathn). Pakaian dalam di sini merupakan ungkapan metaforis yang berarti: tempat rahasia. Jangan menjadikan orang-orang asing (dari keimanan Islam) sebagai teman kepercayaan yaitu tidak berteman dan bergaul dengan mereka hingga mempercayai mereka sebagai tempat orang muslim menitipkan rahasia dan mengambil kebijakan.

Baca juga: QS. Maryam [19]: Ayat 96; Syarat Menjadi Manusia Rahmatan Lil Alamin
Baca juga: QS. Al-Anbiya’ [21]: Ayat 105; Masa Depan Dunia Dan Pelaku Sejarah Masyarakat
Baca juga: QS. Al Imran [3]: Ayat 169; Jihad Dan Syahid, Dua Ajaran Unik Dan Istimewa
Baca juga: QS. Al-Mursalat [77]: Ayat 15; Dari Membohongi Diri Sendiri Sampai Membohongi Allah

3. Ayat ini mengingatkan umat Islam bahwa ada kubu dan poros kekuatan musuh yang ingin mengancam dan merusak kekuatan Islam dan Muslimin. Karena itu, ayat ini merupakan desakan agar Muslimin mengenali musuhnya untuk kemudian waspada terhadap situasi, lingkungan, dan hubungan dengan musuh-musuh, baik di internal maupun eksternal umat Islam.

4. Apa yang diinginkan musuh terhadap umat Islam? Dalam beberapa ayat yang menyinggung keinginan kuat (wudd) musuh terhadap Muslimin, bahwa musuh akan merasa puas jika Muslimin dalam situasi-situasi lemah seperti berikut:
a. Lengah dan tidak lagi peduli pada kekuatan (senjata) dan kekayaan modal mereka: “Orang-orang kafir menginginkan agar kamu lengah dari senjatamu dan harta bendamu” (QS. Al-Nisa’ [4]: 102).
b. Bersikap lunak dan kompromistis untuk juga menjamin kepentingan musuh: “Mereka menginginkan engkau bersikap lunak hingga mereka juga melunak” (QS. Al-Qalam [68]: 9).
c. Kesusahan, kacau dan hancur, seperti dinyatakan dalam ayat di atas.
d. Murtad, keluar dari Islam dan kehilangan komitmen pada hukum: “Banyak di antara Ahlul Kitab yang menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman” (QS. Al-Baqarah [2]: 109).

Baca Juga :  Melihat Tuhan dari Dalam Diri

5. Tolak ukur seseorang dipercaya dan terpercaya ialah pada saat dirinya menjadi curahan batin dan tempat berbisik dan menyimpan rahasia. Rahasia merupakan data akurat dan informasi valid seseorang atau komunitas yang menentukan nasib hidup diri mereka. Maka, teman kepercayaan yaitu orang yang dapat menjamin kepentingan dan keberuntungan hidup orang lain, setidaknya tidak membuat orang lain kesusahan, jadi rusak status personal dan sosialnya.

Baca juga: QS. Maryam [19]: Ayat 96; Syarat Menjadi Manusia Rahmatan Lil Alamin
Baca juga: QS. Al-Anbiya’ [21]: Ayat 105; Masa Depan Dunia Dan Pelaku Sejarah Masyarakat
Baca juga: QS. Al Imran [3]: Ayat 169; Jihad Dan Syahid, Dua Ajaran Unik Dan Istimewa
Baca juga: QS. Al-Mursalat [77]: Ayat 15; Dari Membohongi Diri Sendiri Sampai Membohongi Allah

6. Membocorkan rahasia dan mempublikasikan data pribadi seseorang yang dapat merusak (nyawa, harta, martabat, status) dan mencemarkan nama baiknya adalah musuh. Tidak kurang jahatnya dengan kemusuhan orang yang menyalahgunakan rahasia dan mengkriminalisasi privasi orang lain untuk kepentingan dirinya dan golongannya.

7. Menjaga rahasia dan menutup rapat rapi privasi seseorang adalah kewajiban agama. Melanggar amanat ini merupakan dosa besar. Dalam sebuah hadis disebutkan, termasuk kekafiran yaitu menyimpun aib dan rahasia keburukan orang lain untuk digunakan pada suatu hari. Kini, rekaman dan catatan rahasia keburukan satu sama lain disimpan untuk saling mengunci dan mencapai kompromi berkerja sama dalam merahasiakan kejahatan.

8. Termasuk larangan menjadikan musuh sebagai tempat rahasia adalah menjadikan mereka sebagai penasehat dan konsultan dalam pengambilan kebijakan. Dalam hadis disebutkan agar kita bermusyawarah dan berkonsultasi dengan orang berpikir tajam dan menginginkan sebanyak mungkin kebaikan untuk diri kita.

9. Musuh yang paling berbahaya adalah musuh yang merahasiakan permusuhannya dengan dua cara: menyembunyikan maksud jahatnya atau membuat muslim lengah dan acuh tak acuh hingga percaya padanya. Ali bin Abi Thalib mengingatkan, “Yang paling mematikan musuhmu adalah kamu tidak membuatnya tahu bahwa telah menempatkannya sebagai musuh.” Sebaliknya, cara paling mematikan Muslimin adalah cara musuh bekerja merusak opini muslimin hingga membuat muslimin lengah dan tidak bisa lagi membedakan mana kawan mana lawan. Musuh benar-benar berhasil dalam merahasiakan permusuhannya tatkala Muslimin berpecah belah, saling tuduh dan bertikai satu sama lain hingga terpolarisasi dalam dua kubu yang saling menegasi dan bermusuhan tanpa menyisakan lagi kemungkinan bersatu.

10. Politik itu seni rahasia, yaitu kepiawanan seseorang dalam mengakomodasi, mengakses, mendistribusi hingga mempublikasi rahasia. Kecakapan politik seseorang ditentukan bagaimana rahasia dimainkan di tangannya. Muslim yang membukakan rahasianya telah bersedia untuk dipermainkan masa depannya oleh orang lain.

Baca juga: Masuk Islam Karena Alquran (4): Edoardo Agnelli, Putra Mahkota Bisnis Raksasa Italia
Baca juga: Masuk Islam Karena Alquran (6): Arthur Wagner, Tokoh Pimpinan Partai Anti-Muslim Di Jerman (1)
Baca juga: Masuk Islam Karena Alquran (6): Arthur Wagner Diluluhkan Alquran Setelah Jadi Ateis, Protestan Dan Musuhi Islam (2)

Baca Juga :  Tadabur: QS. Al ‘Imran [3]: ayat 139: Merasa Lemah dan Berjiwa Inferioritu Haram

11. Siapakah musuh Muslimin? Siapa yang dimaksud dengan “orang-orang selain kamu” dalam ayat di atas? Kendati turunnya ayat ini dalam konteks hubungan umat Islam dengan Yahudi dan atau munafik, namun norma ayat ini tidak terbatas pada mereka. Orang yang selain kamu yaitu orang yang berlainan keimanannya dengan kamu, sekalipun orang itu tidak berlainan, yakni sama, dalam kemuslimannya dengan kamu. Muslim yaitu menyatakan diri secara lahiriah dengan dua kalimat syahadat, sementara mukmin adalah orang muslim lahiriah dan secara batiniah juga terikat hatinya dengan kandungan dua kalimat syahadat. Maka, tidak setiap muslim itu beriman, tetapi setiap orang beriman pasti muslim. Dalam makna ini, orang munafik juga tergolong sebagai muslim, walaupun dia tidak dianggap sebagai orang beriman.

Dalam banyak ayat, orang munafik (menyatakan iman secara rahiriah dan mengingkari iman secara batiniah) adalah musuh dengan ancaman berada di dasar neraka. Maka, musuh muslimin itu tidak harus non-muslim dan di luar kalangan muslimin. Musuh Islam bisa juga ada dalam tubuh umat Islam sendiri, entah dengan berencana jahat seperti muslim munafik, atau tidak berencana jahat tetapi justru bermaksud baik namun lengah dan terpedaya di tangan musuh. Karena itu pula, larangan dalam ayat ini juga kewajiban yang harus dipatuhi muslimin untuk tidak membukakan rahasia kepentingan islam dan muslimin kepada musuh eksternal dan musuh internal, musuh asli dan musuh palsu/proxy.

12. Tidak semua orang muslim patut dan berhak menjadi tempat dan terlibat mengakses rahasia persoalan Islam dan muslimin, yaitu orang muslim munafik oportunis dan orang muslim yang lugu mudah percaya hingga lengah dan terpedaya, muslim yang acuh tak acuh, berjiwa lemah, inferior dan kompromistis.

13. Muslim yang layak menjadi tempat rahasia ialah muslim mukmin yang berjiwa kuat, yaitu memiliki cinta dan komitmen, keteguhan dan keterikatan pada Allah, Nabi dan kewibawaan agama. “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang Mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela” (QS. Al-Maidah [5]: 54).
Di surah lain ditegaskan, “Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, agar dimenangkan-Nya di atas semua agama. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir, berkasih sayang sesama mereka; kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya; di wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka” (QS. Al-Fath [48]: 28-29).

Baca Juga :  QS. Al Imran [3]: Ayat 135-136; Pemuda Tampan Tapi Keji (2)

Baca juga: Melacak Sejarah Penerjemahan Al-Quran, Bahasa Persia Di Peringkat Pertama
Baca juga: Tokoh-Tokoh Perintis Penerjemahan Alquran
Baca juga: Mufassir Perempuan (2): Banu Mujtahidah Isfahani Dari Persia
Baca juga: Segera Unduh Terjemahan Lengkap 30 Juz Tafsir Ibnu Katsir!

14. Di dunia kontemporer, hari ini, musuh Muslimin adalah rezim Zionis Israel. Boleh jadi di kalangan umat Islam ada perbedaan kesimpulan di akhir identifikasi mana musuh Islam, namun semua sepakat pada Israel sebagai rezim rasis penjajah yang menjajah bangsa Palestina terjajah. Israel musuh Islam dan kemanusiaan. Maka, apa pun indikasi kepercayaan dan pengakuan atas rezim fasis Israel merupakan pelanggaran atas garis politik agama dan penistaan atas nilai-nilai dasar kemanusiaan. Mempercayakan penyelesaian masalah kepada negara-negara yang mendukung Israel atau kepada pihak-pihak yang mengakui dan mempercayai “maksud mulia” Israel Penjajah adalah keluguan dan ketakmatangan dalam politik.

15. Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya. Dari poci tidak akan menetes selain airnya sendiri. Pada prinsipnya, tidak ada yang dapat diharapkan dari musuh selain permusuhan. Mengarapkan kebaikan dan keunggulan dari musuh menjadi tidak realistis, “sungguh telah nyata kebencian dari mulut mereka.”

16. Di balik hukum ada falsafah dan landasan. Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan falsafah hukum larangan menjadikan selain orang beriman sebagai teman rahasia, yaitu upaya musuh membuat dan membuka peluang merusak serta merugikan Muslimin.

17. Dalam ayat ini, ada tiga pola yang dilakukan musuh terhadap Muslimin:
a. Menghancurkan karena pengacauan yang, dalam ayat di atas, diungkapkan dengan kata khabal, yakni kekacauan opini dan kerusakan persepsi (ikhtilal al-‘aql). “Mereka tidak henti-hentinya merusak kalian”, yakni merusak pikiran dan opini muslimin.
b. Menekan hingga membuat Muslimin dalam situasi susah secara ekonomi maupun politik: “mereka menginginkan kesusahanmu.”
c. Hipokrasi, standar ganda dan berwajah dua. Melalui jalur-jalur politik dan diplomasi, mereka seolah akan menguntungkan padahal menyusupkan bahaya dan kerugian yang lebih besar, “apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat.”

Baca juga: Penerjemahan Alquran Dalam Sejarah Penistaan Agama Islam Di Indonesia
Baca juga: Tafsir (1): Etimologi Tafsir
Baca juga: QS. Al-Anbiya’ [21]: Ayat 105; Masa Depan Dunia Dan Pelaku Sejarah Masyarakat
Baca juga: Masuk Islam Karena Alquran (4): Edoardo Agnelli, Putra Mahkota Bisnis Raksasa Italia

18. Musuh dapat dikenali dari retorika dan media mereka, “sungguh telah tampak-nyata kebencian mereka dari mulut mereka.”

19. Ayat ini ditutup dengan frasa: “… jika kamu orang berakal.” Artinya, menjalin hubungan kepercayaan dengan musuh adalah tanda defisit akal.

20. Tidak setiap orang beriman itu berakal (pandai membaca situasi dan bijak bersikap). Allah mengingatkan orang muslim beriman agar juga berakal dan pandai dalam membaca situasi dan bijak mengambil sikap serta menempatkan diri, “Wahai orang-orang beriman, janganlah menjadikan selain kamu sebagai teman rahasia jika kamu berakal.”[hcf]

Share Page

Close