• LAINYA

[arabic-font]إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنا وَ الَّذينَ آمَنُوا فِي الْحَياةِ الدُّنْيا وَ يَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهادُ[/arabic-font]

 “Sesungguhnya Kami pasti menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan di hari para saksi bangkit [memberikan kesaksian].”

(QS. Ghafir [40]: 51)

 Hadis

  • Diriwayatkan oleh Ibn Abu Hatim dari Sudiy tentang ayat ini bahwa ia mengatakan, “Para nabi dibunuh di dunia dan mereka mendapat pertolongan di dalamnya” (Jalaluddin Al-Suyuthi, Al-Durr Al-Mantsur, jld. 13, hlm. 48).
  • Umar bin Abdul Azis membawakan riwayat dari Jamil dari Abu Abdillah (Imam Ja’far Al-Shadiq) bahwa Jamil bertanya tentang firman Allah SWT, “Sesungguhnya Kami pasti menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan di hari para saksi bangkit [memberikan kesaksian].” Imam Al-Shadiq berkata, “Demi Allah, ayat itu berkaitan dengan Raj’ah. Tidakkah engkau tahu bahwa kebanyakan para nabi belum diberi pertolongan (kemenangan) di dunia sampai mereka terbunuh. Begitu juga para imam setelahnya juga terbunuh dan belum diberi kemenangan. Pertolongan dalam kehidupan di dunia itu berkaitan dengan Raj’ah.” (Tafsīr Al-Qummiy, jld. 2, hlm. 259).
  • Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abdillah, dari Ahmad bin Muhammad ibn Isa, dari Muhammad bin Sinan, dari Ali bin Abu Hamzah, dari Abi Bashir, dari Abu Ja’far Imam Muhammad Al-Baqir bahwa ia (Abu Ja’far) membaca ayat, “Sesungguhnya Kami pasti menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari para saksi bangkit [memberikan kesaksian].” Kemudian ia berkata, “Al-Husen bin Ali adalah di antara mereka dan belum diberi kemenangan. (Kāmil Al-Ziyārāt, hlm. 63).

 Tadabur

  • Pada QS. Al-Syu‘ara’ [26]: 9, telah dinyatakan agar bergerak menuju Allah SWT, dan, dengan demikian, tidak akan pernah terkalahkan. Sementara pada ayat ini, terdapat tiga penekanan, yaitu kata inna, la dan kalimat nominal (jumlah Ismiyyah). Pada umumnya, susunan kalimat yang disertai partikel penekanan (ta’kid) digunakan pada masalah yang tidak mudah diterima oleh lawan bicara. Penekanan itu dibubuhkan dalam menjelaskan bahwa Allah SWT pasti dan pasti akan menolong “orang-orang yang diberi amanat Ilahi” dan “orang-orang yang beriman pada Allah serta hidup berlandaskan keimanannya ini”, dan penolongan-Nya ada di dua tempat: “dalam kehidupan di dunia” dan “di hari para saksi akan bangkit [memberikan kesaksian]”. Jika Allah memberikan pertolongan-Nya, pasti dan pasti pekerjaan hamba akan sukses.
  • Jadi, ada empat kondisi terkait pertolongan Allah yang sukar dicerna oleh nalar kita itu: pertama, “Sungguh Kami akan menolong utusan-utusan Kami …. dalam kehidupan di dunia ….“ Jika kita berpegang teguh pada risalah Ilahi (agama Allah), pasti di dunia ini juga pekerjaan kita akan sukses.
  • Kedua, “Sesungguhnya Kami pasti menolong utusan-utusan Kami …. di hari para saksi bangkit [memberikan kesaksian].” Jika kita teguh pada risalah Ilahi, tidak hanya Allah yang mengetahui, akan tetapi kesuksesan pekerjaan kita pasti disaksikan oleh para saksi yang melihat hakikat pekerjaan kita itu, yaitu Rasulullah SAW dan para mukmin sejati sebagai saksi-saksi penting di Hari Kiamat kelak (QS. Al-Nahl [16]: 89) dan (QS. Al-Hajj [22]: 78). Tentunya, pekerjaan baik kita yang disaksikan mereka akan membuat mereka senang. Sebaliknya, mereka terganggu dan kecewa melihat niat buruk dan pekerjaan tak terpuji kita.
  • Ketiga, “Sesungguhnya Kami pasti menolong …. dan orang-orang yang beriman di dalam kehidupan di dunia.” Jika kita percaya pada Allah dan hidup berlandaskan kepercayaan ini, pasti Allah akan menolong kita dalam kehidupan dunia ini. Oleh karena itu, pada akhirnya kita pasti akan mempereoleh keuntungan dan menikmati kesuksesan di dunia kita ini. Seorang mukmin sejati, secara bertahap, akan sampai di maqam ridha (senang dan puas) hingga semua alam menjadi kenikmatan baginya. Siti Zainab, cucunda Nabi SAW, telah melihat pertolongan Allah SWT di dunia ini dalam ungkapannya, “Aku tidak melihat selain keindahan”.
  • Keempat, “Sesungguhnya Kami pasti menolong …. dan orang-orang yang beriman …. dan pada hari para saksi bangkit (memberikan kesaksian) .” Jika kita percaya pada Allah dan kita hidup berlandaskan pada kepercayaan ini, pasti dan pasti tidak hanya di hadapan Allah saja, namun juga pekerjaan kita akan sukses di hadapan seluruh para saksi yang menyaksikan hakikat pekerjaan tersebut. Jadi, kita tidak akan kecewa jika ada orang tidak mengerti atau tidak peduli terhadap pekerjaan kita. Ya, kita tidak perlu kuatir perbuatan kita tidak dilihat; pasti akan dilihat kelak. Allah SWT tidak berfirman, “di hari kiamat”, tetapi Dia berfirman, “di hari para saksi bangkit.”
  • Kelima, “Sesungguhnya Kami pasti menolong … orang-orang yang beriman … di hari para saksi bangkit [memberikan kesaksian]”. Allah SWT maha mengetahui bahwa hati kita menginginkan diri kita dan orang lain melihat kita bagus atau indah. Namun itu tergantung pada keindahan mana yang kita tampakkan. Di sini akan diketahui siapa saja yang akan melihat kita dan di hadapan mata siapa keindahan itu akan terlihat? Keindahan materi akan terlihat oleh hati para pecinta dunia, namun keindahan spiritual hanya akan dilihat oleh jiwa-jiwa suci dan bersih.
  • Keenam, “Sesungguhnya Kami pasti menolong … orang-orang yang beriman … di hari para saksi bangkit [memberikan kesaksian]”. Bagi kebanyakan kita, “pandangan” orang lain itu penting. Masing-masing kita, dalam kehidupan kita, lebih banyak memperhatikan “pandangan” orang lain. Kita sepatutnya berusaha keras memberikan perhatian pada “pandangan” seseorang yang melihat realitas di puncak ketulusan hati, dan kelak mereka juga “akan hadir” untuk memberikan kesaksian, bukan kepada orang-orang yang hanya melihat dengan mata kepala dan pandangan yang dangkal sehingga membuat kita terkecoh dengan penilaian atau kekaguman mereka.
  • Ayat ini terletak di surah Ghafir atau Al-Mukmin. Dengan menyandingkan ayat ini dengan ayat lain, dapat dipahami bahwa seorang mukmin, jika mukmin sejati, sekalipun dalam kondisi yang sangat sukar seperti: bekerja di istana Fir’aun dan terpaksa harus ber-taqiyyah (pastinya, bukan taqiyyah karena rasa takut), akan mendapatkan pertolongan Ilahi, baik di dunia ini maupun di akhirat.
  • Salah satu nama Hari Kiamat adalah “hari bangkitnya para saksi [untuk memberikan kesaksian]”. Hari Kiamat adalah hari kebangkitan. Salah satu dimensinya ialah kebangkitan para saksi. Di hari itu, manusia sangat membutuhkan pertolongan; hari dimana manusia harus hadir dalam pengadilan yang sangat berat, dan seluruh para saksi hadir memberikan kesaksian. Jika kita menyadari pengadilan seperti ini, rasa takut akan meliputi seluruh wujud kita sehingga sudah seharunya kita memohon bantuan kepada Allah untuk hari yang sangat mencekam itu.
  • Situasinya semakin menakutkan saat kita menyadari seluruh alam menjadi saksi untuk atau atas diri kita: tangan kita, kaki kita, mata kita, telinga kita, dan dinding, bumi, langit dan lain sebagainya. Allah SWT berfirman, “Pada hari ini, Kami tutup mulut mereka; muluit mereka akan berbicara kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan” (QS. Yasin [36]: 65). Ya, bukan hanya orang-orang dan benda-benda di luar diri kita, bahkan abgain-bagian tubuh kita sendiri akan bersaksi atas perbuatan kita sendiri. Hanya orang yang mempersiapkan diri dan hidup berdasarkan iman pada Allah dan agamanya dialah yang mendapatkan kedamaian dan ketenteraman di akhirat bersama Nabi SAW dan para manusia-manusia suci.[yb]
Baca Juga :  QS. al-Syu’ara’ [26]: 194; Kapasitas Hati, Motivasi, dan Edukasi

Share Page

Close