• LAINYA

[arabic-font]الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ‏[/arabic-font]

Segala puji bagi Allah, Tuhan alam-alam

(QS. Al-Fatihah [1]: 2)

Tadabur

  • Melanjutkan Bagian Pertama, ayat ini jatuh setelah bismillāhirrahmānirrahīm, ayat pertama dari surah Al-Fatihah yang merupakan satu dari sekian surah al-hāmidāt (pemuji). Memuji Allah SWT, memang, bisa dengan berbagai cara; bisa dengan istighfar, tasbih, tahmid, tanzih, takbir, tawakal, tahlil …. Dalam surah ini, Allah mengutamakan hamdalah dan tahmid ‘pemujian’. Tahmid adalah memuji Allah SWT dengan sifat-sifat afirmatif, yakni mengagungkan Allah dengan sifat-sifat kesempurnaan. Sebaliknya, tanzih memuji-Nya dengan sifat-sifat negatif, yakni menyucikan Allah dari segala bentuk kekurangan dan keterbatasan dari Diri dan sifat-sifat-Nya.
  • Kata ‘alam’ digunakan untuk menyebut dunia di luar diri kita juga mengenai manusia sendiri sepertid alam QS. Al Imran [3]: 42. Raghib Isfahani mengutip sebuah raiwayat dari Imam Ja’far al-Shadiq, “Alam itu ada dua: alam besar, yaitu dunia dan ruang angkasa, dan alam kecil, yakni manusia, karena Allah SWT menciptakan manusia sesuai bentuk dunia, dan ia mewujudkan dalam dirinya segala hal yang ada di alam besar.” (Mufradāt Alfāzd Al-Qur’ān, hlm. 582).
  • Sebagai Tuhan Pengatur, Allah tidak hanya mengelola dan memelihara kita, manusia, sebagai individu-individu, tetapi juga Dia mengatur kita sebagai alam-alam. Seluruh alam yang ada demi keberadaan kita, berada di bawah kepengaturan Allah.
  • Ada aspek lain dari kehidupan kita, manusia, sebagai kita, yaitu aspek sosial dan kemasyrakatan. Kehidupan sosial ini dalam banyak hal lebih dominan berpengaruh hingga menentukan setiap orang dan dunia. Alam atau dunia sosial juga alam-alam dimana setiap individu menciptakan banyak alam sepanjang menyelenggarakan berbagai relasi dan interaksi dengan sesama. Aku, sebagai individu, misalnya, adalah bagian dari dunia Islam, dunia anak-anak, dunia dewasa, dunia perempuan/laki-laki, dunia orang tua, dunia internasional, dunia manusia, dunia hukum, dunia politik, dan masih banyak lagi.
  • Lalu, apakah aspek kehidupan ini, dengan berbagai lapisan kompleks dunia di dalamnya, juga berada di bawah kepengaturan Allah, ataukah Allah membiarkannya hingga sepenuhnya dikelola kita? Pertanyaan retorik ini sesungguhnya berfungsi menggugah kesadaran yang sedari awal sudah ada dalam diri setiap orang.
  • Namun demikian, pertanyaan ini juga ditangani oleh dua ayat berikutnya, yakni “Yang Maha Pengasih Maha Penyayang” dan “Maha Penguasa Hari Pembalasan”. Yakni, dengan nama “Maha Penyayang”, rahmat dan kasih Allah meliput segala sesuatu di berbagai alam dan dunia. Maka, Allah adalah Tuhan Pengatur segenap makhluk dan seluruh dunianya, tanpa kecuali, karena ketuhanan dan kekuasaan adalah absolut, mutlak, tak terbatas, maka kepengaturan-Nya, baik yang alami (kodrati) maupun non-alami, juga absolut, berlaku pada manusia dengan semua aspek hidup dan dunianya. Sebaliknya, setiap orang bertanggung jawab atas pengelolaan dirinya di semua dunianya dan aspek hidupnya; ia akan memperoleh hasil baik buruknya, jika tidak di dunia, pasti di akhirat di hadapan Allah “Penguasa Hari Pembalasan”. Maka, tidak ada yang sia-sia dari pikiran, emosi, motivasi, dan usahanya.
  • Dalam hadis masyhur disebutkan bahwa rahmat Allah SWT mengungguli dan mendahului murka-Nya. Ini juga merupakan pesan moral agar kita lebih mengedepankan rahmat daripada dendam dan marah kita; agar kita, dalam menilai sesuatu, melihat seluruh aspek, menimbang aspek positif dan aspek negatif, serta mendahulukan aspek positif di atas aspek negatif. Dalam pengelolaan hidup pun, pola pandang ini amat konstruktif, dimana kehidupan ini penuh tantangan dan cobaan sehingga apa pun masalah dan kesulitan yang muncul akan dihadapi dengan optimisme dan tanpa patah semangat, karena di balik setiap kesulitan pasti ada rahmat dan kebijaksanaan Allah SWT. Itulah mengapa, di antaranya, Nabi SAW dalam menghadapi masalah mengatakan, “Al-hamdu lillāh ‘alā kulli hāl: segala puji bagi Allah atas segala keadaan.”[fm]

Share Page

Close