• LAINYA

TAFSIR-QURAN.COM – Bagaimana dan dari apa Piramuda dibuat? Apakah Al-Quran berbicara tentang Piramida? Bagaimana sains dan ilmu pengetahuan membuktikannya? Apakah temuan sains belakangan ini sesuai dengan keterangan Al-Quran? Pada dasarnya, apakah pembuktian sains modern akhir-akhirnya ini menguatkan ataukah melemahkan kebenaran Nabi SAW dan kemukjizatan Al-Quran?

Adanya fakta saintis dalam Al-Quran menegaskan, untuk kesekian kalinya, bahwa kitab suci umat Islam itu membantah teori yang kerap diilmiahkan oleh sebagian kalangan, termasuk di lingkungan peneliti Muslim sendiri, bahwa Al-Quran berbicara dengan bahasa simbolik. Dimensi saintis Al-Quran mengungkapkan bahwa ayat-ayat tentang kisah bangsa-bangsa dan peristiwa adalah bahasa faktual. Kandungan saintis ini juga menyanggah anggapan bahwa Al-Quran tidak selaras dengan perkembangan sains dan ilmu pengetahuan. Justru, sains dan ilmuwan akan menyadari kelemahan dan keterbatasannya dengan bercermin pada data-data faktual Al-Quran.

Para ilmuan baru bisa memahami kandungan saintis Al-Quran setelah mereka mempersiapkan peralatan dan teknologi serbacanggih. Sebaliknya, temuan ilmiah cara pembuatan Piramida merupakan suntikan besar motivasi untuk meneliti subjek ilmiah lain dalam Al-Quran. Artinya, memulai penelitian dari Al-Quran ke sains, bukan hanya dari sains ke Al-Quran.

Sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia, Piramida tentu saja bukan peradaban biasa. Hingga kini, peninggalan ini magnetis dan masih kuat menyedot wisatawan dan, utamanya, pada peniliti. Bangunan megaraksasa ini melebihi kalender umum dunia, namun masih saja menyimpan misteri tentang misalnya, bagaimana dikonstruksi dari batu-batuan, dan bagaimana masyarakat Mesir Kuno masa itu mendistribusikan batu-batu tersebut. Lebih rumit lagi, ketika kita berfikir tentang bagaimana mereka bisa mengangkat batu dengan berat puluhan ton ke puncak Piramida tingginya mencapai ratusan meter.

Sebelum menjelajahi lorong-lorong fakta lebih lanjut, simak keterangan Al-Quran terkait Fir’aun, bangunan tinggi dan tanah liat:

“Dan Fir’aun berkata, ‘Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah, hai Haman, untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan tinggi supaya aku dapat naik melihat tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta.’ 

(QS. Al-Qashash [28]: 38)

Berkembang dari seorang peneliti asal Perancis, Joseph Davidovits, Direktur Geopolimer Institute di St. Quentin, Perancis, telah melakukan riset lebih dari dua dekade lalu. Pada 21/05/09, Davidovits menyimpulkan bahwa batu-batu piramida benar-benar terbuat dari bentuk yang sangat awal dari beton yang dibuat menggunakan campuran kapur, tanah liat, kapur, dan air.

bongkahan batu dari piramida terbesar, khufu

Pendapat yang dikemukakan oleh Davidovits ini sempat membuat seorang Professor terkemuka di Departemen Ilmu dan Teknik Material di Drexel University pada bidang keramik, Michael Bursoum, mentertawakannya. “Itu pada titik ini dalam percakapan yang membuat saya tertawa terbahak-bahak”, kata Barsoum. Jika piramida memang cor, kata dia, seseorang harus telah membuktikan itu di luar dugaan sekarang, di hari ini dan masa itu, dengan hanya beberapa jam dari mikroskop elektron.

Baca Juga :  Isyarat Literal Ayat Cahaya: Menggali Wahdatul Wujud dari Terjemah Alquran (2): Cahaya Allah atau Cahaya Makhluk

Michael Barsoum adalah seorang dosen yang mengajar keramik. Ia melakukan penelitian tentang bahan baru yang disebut Fase MAX. Bersama rekan-rekannya, ia menemukan Fase Max pada tahun 1990-an. Fase Max adalah keramik machinable, termal-shock resistant, dan konduktor panas dan listrik yang lebih baik daripada kebanyakan logam. Bahan ini bahan potensial digunakan dalam pembangkit listrik tenaga nuklir, industri otomotif, mesin jet, dan berbagai sistem tingkat tinggi lainnya.

Namun begitu, sebagai seorang ilmuwan, Barsoum sadar atau tidak tertantang untuk membuktikan teori yang dikemukakan oleh Joseph Davidovits tentang bahan yang digunakan masyarakat Mesir Kuno dalam pembuatan Piramida. “Apa yang dimulai sebagai proyek dua jam berubah menjadi pengembaraan lima tahun, saya melakukan dengan salah satu mahasiswa pascasarjana saya, Adrish Ganguly, dan seorang rekan dari Perancis, Gilles Hug”, kata Barsoum.

Penemuan Ilmiah tentang Teknik Pembuatan Piramida

Satu setengah tahun kemudian, setelah dilakukan scanning electron microscope dengan observasi luas dan pengujian lainnya, Barsoum dan team penelitinya akhirnya mulai menarik beberapa kesimpulan tentang teknik pembuatan Piramida. Mereka menemukan struktur terkecil dalam batu rangka dalam dan luar memang konsisten dengan kapur yang dilarutkan. Semen mengikat batu kapur, baik silikon dioksida (blok bangunan kuarsa) atau kalsium dan mineral magnesium silikat.

Lebih mengejutkan, Barsoum dan mahasiswa pascasarjananya, Aaron Sakulich, baru-baru ini menemukan adanya silikon dioksida bidang nano pada salah satu sampel. Penemuan ini lebih lanjut menegaskan bahwa blok ini bukanlah kapur alami. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa pembuatan Piramida dilakukan dengan menggunakan bahan baku tanah liat. Dan yang sangat menakjubkan, Al-Quran telah mengungkap fakta ini dengan sangat jelas sesuai dengan ungkapan Firaun saat itu.

Dalam edisi 01/12/06, Times menurunkan laporan ilmiah yang mengkonfirmasi bahwa Firaun menggunakan tanah liat untuk membangun Piramida! Menurut penelitian yang dilakukan ilmuwan Amerika-Perancis, batu yang digunakan untuk membangun Piramida terbuat dari tanah liat yang dibakar hingga berubah menjadi batu yang keras. Mereka mengatakan bahwa Firaun mahir dalam ilmu kimia dan penggunaan tanah liat. Sementara itu, metode yang mereka gunakan masih menjadi misteri dan masih terus diselidiki hingga sekarang.

Bursoum di piramida Khufu

Profesor Michael Barsoum mempresentasikan hasil-hasil temuannya dalam sebuah konferensi pada 30/11/2006 di Le Palais de la decouverte, Avenue Franklin D. Roosevelt, Paris, Perancis, France.  Ditegaskan juga oleh Profesor Gilles Hug, Barsoum menggarisbawahi Piramida yang paling besar di Giza itu terbuat dari dua jenis batu, yaitu batu alam dan batu-batu yang dibuat secara manual dari tanah liat yang dibakar.

Dan dalam penelitian yang dipublikasikan oleh majalah Journal of American Ceramic Society ditegaskan bahwa Firaun menggunakan jenis tanah slurry untuk membangun monumen secara umum, dan membangun Piramida secara khusus, karena tidak mungkin manusia akan mengangkat batu dengan berat ribuan kilogram. Inilah yang membuat Firaun menggunakan batu alam untuk membangun dasar Piramida.

Baca Juga :  Kemenag Luncurkan Terjemahan Al-Quran dalam Bahasa Daerah

Para pekerja mencampur lumpur dengan bahan-bahan lainnya dengan teknik tertentu dan, setelah tercampur, mereka membuat cetakan yang terbuat dari kayu untuk kemudian dituangkan ke dinding Piramida. Untuk teknik pemanasannya hingga lumpur itu terbakar dan menjadi batu, masih terus dilakukan penelitian.

Untuk penelitian lebih mendalam dan intensif, Profesor Davidovits bahkan mengambil batu terbesar Piramida untuk dianalisis dengan menggunakan mikroskop elektron. Dia menemukan jejak terjadinya reaksi cepat yang menegaskan bahwa batu tersebut terbuat dari lumpur.

Sementara itu, ahli geologi sebelumnya belum memiliki kemampuan untuk membedakan antara batu alam dan batu buatan dengan metode ini. Tetapi, sekarang, mereka bisa membedakannya berkat teknologi modern. Seorang ilmuwan Belgia, Guy Demortier, sebelumnya dalam waktu yang lama mempertanyakan keabsahan penelitian ini. Namun kini ia mengakui, “Setelah bertahun-tahun melakukan riset dan studi, sekarang saya baru yakin bahwa Piramida yang terletak di Mesir itu dibuat dengan menggunakan tanah liat.”

Firaun dalam membangun piramida menggunakan sejumlah besar batu sampai 2-2,8 juta batu. Studi baru juga mengatakan bahwa beberapa arkeolog Mesir membantah bukti-bukti ilmiah baru-baru ini. Mereka menyatakan bahwa orang Mesir Kuno memiliki kemampuan mengangkat jutaan batu yang beratnya sekitar lima atau enam ribu kilogram! Itu menurut majalah Times America.

Menariknya, belakangan para peneliti menyimpulkan deretan piramida di Mesir bukan yang paling tua, bukan pula Fir’aun manusia pertama pencipta piramida. Jauh sebelum dia dalam entang 30.000 tahun, bangsa di Bosnia telah menciptakan konstruksi piramida yang dikenal dengan nama Piramida Matahari. Ketinggiannya diperkirakan mencapai 220 meter. Ini artinya lebih besar dari piramida terbesar di Mesir, Khufu, yang tingginya hanya  146 meter.

Piramida Matahari, Bosnia-Herzegovina

Sebuah penelitian yang lebih luas pada 2013 tentang piramida Bosnia di University of Zenica, Bosnia Herzegovina, menjelaskan Piramida Matahari bahwa batu-batu yang digunakan terbuat, lagi-lagi, dari tanah liat. Ini menegaskan bahwa metode ini tersebar luas di berbagai belahan dunia pada masa lalu. Batu-batu kuno dalam pembuatan Piramida Matahari di Bosnia menunjukkan metode tertentu pada pengecoran batu yang berasal dari tanah liat hasil pembakaran. Kalangan ilmuwan mengenal tanah liat ini dengan istilah teknis Geopolymer Concrete dan sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu dalam peradaban yang berbeda, baik di Rumania atau di Mesir Firaun.

Al-Quran Lampaui Temuan Ilmiah

Banyak ayat-ayat Al-Quran menunjukkan fakta bangunan Piramida dan bangunan tinggi lainnya. Allah SWT berfirman:

“Dan berkata Fir’aun, “Hai pemuka kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah, hai Haman, untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta”. (QS. Al-Qashash [28]: 38).

Kata sharkh dalam ayat di atas, dalam Bahasa Indonesia, berarti menara atau bangunan yang tinggi, sedangkan al-tīn yaitu tanah liat: “…. maka bakarlah, hai Haman, untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi ….

Baca Juga :  Tafsir al-Quran Pertama Khusus Tuna Rungu di Pameran Sharjah

Penggalan ayat ini jelas menunjukkan perintah Fir’aun kepada Haman untuk membuat bangunan yang tinggi dengan bahan baku tanah liat yang dibakar. Ini terkonfirmasi oleh hasil temuan ilmiah Joseph Davidovits dan Profesor Michael Barsoum.

Mungkin saja dua ilmuwan ini tidak tahu tentang keterangan ayat ini. Ketidaktahuan itu justru mendorong mereka meneliti ihwal bahan yang digunakan untuk membangun Piramida secara benar-benar objektif. Hasil penelitian mereka membuka mata dunia sains modern bahwa Al-Quran bukan hanya kitab yang bercerita tentang sejarah bangsa-bangsa jaman dahulu, mengajarkan moral dan hukum, tetapi juga memuat berita ilmu pengetahuan.

Fakta ini menunjukkan pembicaraan seputar pembuatan piramida dan monumen megah dari tanah liat tidak muncul hanya di akhir abad 20. Al-Quran telah melaporkannya 14 abad yang lalu! Namun kenapa harus ke Firaun? Ya, bukan hanya karena megah dan besarnya bangunan Piramida di Mesir, tetapi karena di antaranya keberadaan Fir’aun dan peradabannya serta keberadaan Nabi Musa dan Nabi Harun di masa itu memberikan banyak pelajaran dan hidayah untuk generasi dan jaman mendatang.

Lantas, siapa yang memberitahukan berita kepada Nabi Muhammad SAW tentang pembuatan Piramida?

Firaun mungkin bukanlah sosok yang telah membangun Piramida, karena ia meninggal tenggelam di laut. Namun, dia menggunakan teknik rekayasa bangunan ketika membuat sampai monumen dan, setelah itu, dihancurkan oleh Allah. Karena itu, Al-Quran adalah kitab pertama yang mengungkapkan rahasia pembangunan Piramida, bukan ilmuwan-ilmuwan Amerika dan Perancis.

Tidak ada laporan sejarah yang mensinyalir Nabi SAW pernah pergi ke Mesir atau melihat Piramida, bahkan mungkin tidak pernah mendengar tentangnya. Sementara kisah Firaun terjadi sebelum masa beliau ribuan tahun yang lampau, dan tidak ada satu pun di muka bumi ini pada waktu itu tahu tentang cara pembuatan Piramida. Demikian pula, para ilmuwan tidak yakin Firaun menggunakan tanah liat dan panas untuk membangun monumen tinggi itu kecuali beberapa tahun belakangan ini. Pertanyaannya, bagaimana Nabi SAW pada 1400 tahun yang lalu telah memberitahukan bahwa Firaun menggunakan tanah liat dan panas untuk membangun monumen?

Ayat ini sangat jelas dan kuat membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak membawa apa pun dari diri sendiri, tetapi Allah yang menciptakan Fir’aun dan menenggelamkannya, Dia pula yang menyelamatkan Nabi Musa a.s. … dan Dia pula yang memberitahukan kepada Nabi-Nya akan fakta saintis Piramida. Ini merupakan landasan lain yang melipatkan lapisan keyakinan bahwa ayat ini menjadi saksi atas kebenaran Muhammad putra Abdullah sebagai nabi untuk zaman modern ini dan atas keberasalan Al-Quran bukan dari rekayasa beliau, tapi dari Allah Yang Mahatahu dan Mahabijaksana.(dihimpun dari berbagai sumber)

Share Page

Close