• LAINYA

TAFSIR-QURAN.COM–Adab lahiriah telah dikemukakan sebagai kesopanan minimal seorang Muslim memperlakukan wujud fisik Alquran yang ada di tangan kita ini. Meski perlu, tetapi adab-adab lahiriah ini tidak cukup. Selain menyentuh dan membaca teks Alquran, ada yang lebih penting lagi, yaitu menyentuh makna di balik teks, membaca maksud Allah, memahami kandungannya, lalu mengamalkannya. Maka, adab lahiriah itu perlu dituntaskan dengan intinya, yaitu adab-adab batiniah; menyiapkan batin (pikiran, emosi, hati) kita dalam membaca Alquran.

Adab Batiniah Membaca Alquran
Satu: Sadarilah bahwa kitab yang akan dan sedang kita baca ini kata-kata yang datang dari Pencipta kita, diturunkan hanya untuk kita agar hidup sempurna; kitab autentik, asli, utuh dari Allah seperti awal kali diterima Nabi Muhammad SAW; kitab mukjizat teragung. Maka, pandanglah Alquran di tangan Anda itu dengan rasa bangga, hormat dan rendah diri. Kita tak ubahnya Nabi Yahya a.s. menerima kitab Allah, “Wahai Yahya, ambillah dengan kekuatan [hati]” (QS. Maryam [19]: 12).

Dua: Gunakan pikiran sejernih mungkin untuk bertadabur (merenungkan makna) dan mengambil ibrah (pelajaran) dari kisah-kisahnya. Alquran tak ubahnya matahari yang bersinar dengan sendirinya, tetapi tidak semua orang mau disinari atau menyerap sinarnya. Serap sinar Alquran dengan menggunakan akal dan pikiran yang sehat. “Inilah Kitab penuh kebaikan yang telah Kami turunkan agar mereka merenungkan ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sadar” (QS. Shad [38]: 29).

Baca juga: Adab Dan Tatacara Membaca Alquran (1): 10 Adab Lahiriah
Baca juga: QS. Al Imran [3]: 169; Jihad Dan Syahid, Dua Ajaran Unik Dan Istimewa
Baca juga: QS. Al-Qashash [28]: 77; Ingin Hidup Anda Berubah? Cukup 4 Strategi Ini
Baca juga: QS. Al-Baqarah [2]: 42; Cara Membuat Hoax

Baca Juga :  Muslim yang Aneh, Ada Solusi masih saja Pesimis dan Menyerah

Tiga: Hadirkan hati. Pikiran jernih saja tidak cukup. Buka hati dengan rasa khusyuk dan rendah hati agar sinar (pengetahuan) Alquran terserap hingga bersemayam di hati. “Apakah gerangan mereka tidak merenungkan Alquran ataukah hati-hati mereka terkunci?!” (QS. Muhammad [47]: 24). Suci hanya bertemu dengan yang suci. Semakin hati kita suci, semakin kuat menyerap kandungan Alquran: “Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang tersucikan” (QS. Al-Waqi’ah [56]: 79).

Empat: Gunakan alat-alat bantu untuk bertadabur dan memahami kandungan ayat. Pertama-tama, baca Alquran yang disertai terjemahan, entah terjemahan per kata atau per kalimat. Selanjutnya pelajari Alquran dengan buku-buku tafsir, tanyakan makna dan maksud ayat kepada ulama kompeten. “Bertanyalah kepada pemilik pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Nahl [16]: 43).

Lima: Biarkan emosi Anda terlibat. Terdapat hadis-hadis yang menganjurkan kita agar kita bahagia tatkala sampai di ayat tentang surga, pahala dan janji mulia Allah, atau agar kita sedih dan kuatir saat membaca ayat-ayat ancaman, neraka, siksa dan peringatan. Sayyidina Ali dalam menggambarkan keadaan orang-orang bertakwa mengatakan, “Apabila membaca ayat yang mengandung ancaman, mereka memusatkan pendengaran hati mereka kepadanya hingga mengira letupan neraka dan jeritannya berdengung di gendang telinga mereka” (Nahj Al-Balaghah, pidato no. 191).

Enam: Semua itu sia-sia bila tidak berhasil diamalkan. Alquran bukan buku cerita, bukan buku ajar; ia buku kehidupan, buku kerja dan usaha menjadi manusia, menjadi umat yang adil dan gigih, membangun kehidupan dunia dan setelah kematian. Usaha mempraktekkan kebenaran Alquran perlu kesabaran dan ketekunan. “Demi masa! Sungguh manusia itu dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan beramal kebaikan-kebaikan. Dan saling berpesan dengan kebenaran dan saling berpesan dengan kesabaran” (QS. Al-‘Asr [103]: 1-3).

Baca Juga :  Fakta Saintis Alquran: jangankan Manusia, Binatang saja sudah Bisa Membodohi

Baca juga: Doa Sebelum Membaca Alquran
Baca juga: Doa setelah Membaca Alquran
Baca juga: Doa Khatam Membaca Alquran
Baca juga: Mulutmu Harimaumu; Karena Lidah, Dirimu Binasa!

Share Page

Close