• LAINYA

 [arabic-font]صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَ لاَ الضَّالِّيْنَ[/arabic-font]

Jalan orang-orang yang Engkau berikan nikmat kepada mereka yang bukan orang-orang yang dimurkai juga bukan orang-orang sesat.”

(QS. Al-Fatihah [1]: 7)

Hadis

  • Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari Ibnu Abbas tentang firman-Nya, “Jalan orang-orang yang Engkau berikan nikmat kepada mereka”, ia berkata, “Jalan para malaikat, para nabi, orang-orang yang benar, para syahid, orang-orang saleh, mereka yang taat dan beribadah kepada-Mu.” (Jalaluddin Al-Suyuthi, Al-Durr Al-Mantsūr, jld. 1, hlm. 83). Dalam riwayat-riwayat yang dibawakan setelahnya juga “orang-orang” ini ditafsirkan sebagai orang-orang beriman atau para nabi dan yang bersama nabi.
  • Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib ra., ia berkata, “Jalan orang-orang yang Engkau berikan nikmat kepada mereka”, yakni kita mengatakan, “Ya Allah, bimbinglah kami ke jalan orang-orang yang Engkau berikan nikmat kepada mereka, yaitu mereka yang memperoleh keberhasilan menerima agama-Mu dan taat kepada-Mu. Mereka itulah yang disinggung oleh Allah, “Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah sebaik-baik teman” (QS. Al-Nisa’ [4]: 69). Maksud bahwa mereka dianugerahi nikmat bukan orang yang diberi nikmat kekayaan dan kesehatan fisik, walaupun ini juga merupakan nikmat lahiriah dari Allah. Tidakkah kamu melihat sebagian mereka [yang kaya dan sehat] termasuk dalam golongan kafir dan fasik sehingga apalah artinya kamu dianjurkan untuk berdoa agar menapaki jalan mereka? Justru Allah memerintahkan kamu berdoa agar dibimbing ke jalan orang-orang yang diberi nikmat beriman kepada Allah dan percaya pada rasul-Nya, cinta pada Muhammad dan keluarganya yang suci serta para sahabat yang mulia dan terpilih.” (Ma‘ānī Al-Akhbār, hlm. 36).
  • Imam Hasan Al-Askari berkata bahwa Imam Ali ra. berkata, “Allah SWT telah memerintahkan hamba-hamba-Nya agar meminta kepada-Nya jalan orang-orang yang diberi nikmat, yaitu para nabi, orang-orang benar, para syahid, dan orang-orang saleh, juga agar meminta perlindungan kepada-Nya dari jalan orang-orang yang dimurkai, yaitu kaum Yahudi yang disinggung Allah SWT dalam ayat, “Katakanlah, ‘Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari [orang-orang fasik] itu di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah” (QS. Al-Ma’dah [5]: 60), dan agar kita meminta perlindungan kepada-Nya dari jalan orang-orang sesat, yaitu mereka yang disinggung Allah SWT dalam ayat, “Katakanlah, ‘Hai Ahlul Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dalam agamamu, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat sebelumnya dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari kelurusan jalan” (QS. Al-Ma’idah [5]: 77), mereka ini orang-orang Nasrani.” Lalu Amirul Mukminin [Ali bin Abi Thalib] ra. berkata, “Setiap orang yang kafir terhadap Allah niscaya dimurkai dan sesat dari jalan Allah SWT.” [Imam] Al-Ridha juga mengatakan demikian dan menambahkan, “Dan orang yang menganiaya Amirul Mukminin (Imam Ali ra.) dengan penyembahan niscaya dia termasuk orang yang dimurkai dan orang sesat.” (Al-Tafsīr Al-Mansūb ilā Al-Imām Al-Hasan Al-‘Askariy, hlm. 50).
Baca Juga :  Tadabur: QS. Al-Fatihah [1]: ayat 6 (Bagian Terakhir)

Tadabur

  • Baru saja kita menyimak di atas tadi salah satu riwayat yang menafsirkan “bukan orang-orang yang dimurkai dan orang-orang sesat”, secara berurutan, dengan kaum Yahudi dan kaum Nasrani. Ini tidak bertentangan dengan pemaknaan sebelumnya di bagian pertama: Terjemah Kata. Penafsiran riwayat ini adalah dalam rangka mengidentifikasi objek riil mereka. Dalam riwayat ini juga dipahami bahwa objek yang diidentifikasi itu bukan satu-satunya objek, tetapi identifikasi objek yang sudah jelas. Mengapa demikian? Karena, pertama, berdasarkan ayat-ayat yang disebutkan dalam riwayat di atas, kata murka (ghadhab) dan sesat (dhalla) juga digunakan di dalamnya untuk dua Yahudi dan Nasrani. Tetapi juga dua kata ini digunakan di banyak ayat lainnya untk selain dua kaum ini, bahkan untuk sebagian orang Muslim, misalnya, orang munafik. Kedua, tambahan penjelasan dari Imam Al-Ridha menguatkan bahwa ada orang-orang yang juga dimurkai dan sesat bukan karena mereka itu Yahudi atau Nasrani, tetapi karena menganggap Imam Ali ra. berhak disembah.
  • Jalan orang-orang yang ….” Di ayat sebelumnya, kita memohon kepada Allah agar Dia menunjukkan jalan yang lurus kepada kita. Jika seseorang menanyakan jalan, kita bisa menjawabnya dengan dua cara: pertama, kita jelaskan titik-titik yang mengarah ke jalan yang dimaksud atau, kedua, kita meraih tangannya dan memberikan tangannya kepada orang lain yang hendak menempuh jalan yang dimaksud. Ayat ini menjelaskan cara kedua.
  • Dalam ayat ini, kenapa Allah SWT tidak memilih cara pertama dengan mengatakan, misalnya, jalan lurus yang diperoleh dengan beribadah dan berbuat baik? Kenapa untuk menunjukkan jalan, Allah memilih orang (nabi, orang beriman, dll.), bukan sesuatu seperti: perbuatan, pemikiran, keyakinan ataupun kitab? Ya, karena dari satu sisi, jalan menuju Allah itu, sekalipun jelas dan terbuka lebar, namun berat dan penuh tantangan (QS. Al-Baqarah [2]: 214), ada musuh internal dan eksternal yang mengintai dan menanti-nanti kesempatan menyimpangkan kita dari jalan lurus (QS. Al-A’raf [7]: 16). Karena itu, Allah Yang Mahatahu hendak memahamkan kepada kita, sebagaimana kata-kata puitis Hafez Syirazi, “jangan kautempuh tingkatan ini tanpa seperjalanan Khidir, ada banyak kegelapan, maka takutlah dari bahaya kesesatan.”
  • Jalan orang-orang yang”. Ayat ini menjelaskan jalan tidak semata-mata jalan, tetapi jalan dengan orang. Maka jalan yang lurus yaitu jalan dan pejalan. Pejalan ini menjadi penuntun bagi kita yang hendak menumpuh jalan yang sudah mereka tempuh dan mencapai Allah SWT. Maka, berdasarkan ayat ini, jalan yang lurus dalam ayat sebelumnya: “Tunjukkanlah kami jalan yang lurus”, tidak tepat ditafsirkan hanya dengan Al-Quran, seperti tafsiran Ibnu Mas’ud (lih. Jalaluddin Al-Suyuthi, Al-Durr Al-Mantsūr, jld. 1, hlm. 78), karena sesuai ayat ini (ayat ke-7) merupakan lanjutan ayat tadi yang menjelaskan secara langsung dan eksplisit apa dan mana jalan yang lurus itu.
  • Ayat ini mendefinisikan jalan yang lurus itu dengan jalan orang. Maka, untuk menuju Allah SWT, kita perlu jalan sekaligus orang penuntun jalan. Maka, selain Al-Quran dan hadis, kita juga perlu manusia-manusia seperti nabi dan orang-orang beriman. Karena itu pula, tidak tepat kiranya bila dikatakan, “Kitab Allah sudah cukup bagi kita.” Al-Quran tidak cukup menuntun kita menempuh jalan yang lurus, tetapi juga kita menempuhnya dengan Al-Quran bersama orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, mereka beriman sempurna, tidak melakukan dosa sehingga mereka bukan orangyang dimurkai Allah, mereka juga tidak melakukan kesalahan sehingga mereka bukan orang sesat.
  • Dalam sejumlah riwayat, selain Nabi SAW, beliau juga menyebutkan sebagian sahabat beliau juga termasuk orang-orang penuntun jalan yang lurus. dalam hadis juga Ahlul Bait beliau disebutkan sebagai pasangan Al-Quran sampai hari kiamat (lihat Shahih Muslim, jld. 4, hadis no. 1873, 2408; Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, jld. 7, hadis no. 19285; Sunan Al-Darimiy, jld. 2, hadis no. 889, 3198). Oleh karena itu, tidak keliru bila dalam Tafsir Al-Mizan (jld. 1, hlm. 45) disebutkan bahwa jalan yang lurus itu adalah Ali bin Abi Thalib, karena ia bagian dari Ahlul Bait Nabi SAW. Imam Suyuthi, berkenaan dengan ayat, “Wahai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan jadilah bersama orang-orang yang benar” (QS. Al-Taubah [9]: 119) membawakan dua riwayat yang menjelaskan maksud orang-orang yang benar itu adalah Ali bin Abi Thalib (Al-Durr Al-Mantsūr, jld. 7, hlm. 582). Dari Imam Al-Shadiq diriwayatkan bahwa ia mengatakan, “Jalan yang lurus itu ialah Amirul Mukminin Ali” (Tafsīr Nūr Al-Tsaqalayn, jld. 1, hlm. 32). Bersambung⇒

Share Page

Close