• LAINYA

[arabic-font]إِنَّمَا تُوْعَدُوْنَ لَوَاقِع‏[/arabic-font]

“Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti terjadi.”
(QS. Al-Mursalat [77]: 7)

Di banyak ayat, Allah SWT berkali-kali mengulang kandungan ayat ini dengan penekanan yang berbeda-beda (lihat QS. Al Imran [3]: 152, 194; QS. Al-Nisa’ [4]: 95, 122; QS. Yunus [10]: 4, 55; QS. Ghafir [40]: 55, 77). Jika kita benar-benar percaya bahwa apa yang dijanjikan Allah kepada kita itu pasti nyata dan terjadi, tentu kita tidak akan berbohong dan membuat-buat berita palsu; jika kita mendapat petunjuk dan tidak sesat, kita juga tidak akan menyesatkan orang.

Tingkat kepercayaan ini akan berpengaruh dalam membaca Alquran; reaksi pikiran dan emosi kita akan berbeda tatkala membaca ayat-ayat ancaman dan ayat-ayat-ayat janji bahagia (lihat QS. Al-Isra’ [18]: 106-108). Jika keadaan jiwa kita sama saja, tidak ada bedanya, dalam membaca ayat apa saja, patut segera kita meninjau kualitas iman dan kepercayaan kita akan kenyataan janji Allah SWT.

Diriwayatkan oleh Abu Bakar Al-Syafi’i dari Abu Qirshafah bahwa Rasulullah SAW berdoa, “Ya Allah, janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat, jangan pula Engkau permalukan kami di hari perjumpaan” (Jalaluddin Al-Suyuthi, Al-Durr Al-Mantsūr, jld. 4, hlm. 185).

Perlu juga kita menimbang dan mengukur kepercayaan diri kita pada orang lain dan pada Tuhan. Agama dan Alquran adalah hukum kehidupan, namun dalam praktek dan hidup keseharian, urusan dan agenda kita kerap didasarkan pada penjelasan dan pendapat orang-orang sehingga, atas dasar itu, kita berusaha merealisasikannya, seolah-olah kita lebih percaya pada orang lain daripada pada Agama dan keterangan wahyu.

Kata kerja tū‘adūna adalah dalam bentuk mudhari’, kata kerja presentif yang sedang berlangsung, yakni sedang dijanjikan kepadamu. Maka, sekarang ini juga kita sedang dijanjikan oleh Allah. Apakah kita peduli dan menganggap penting janji Allah ini.

Baca Juga :  Mufasir Perempuan (2): Banu Mujtahidah Isfahani dari Persia

Ayat ini didahului oleh lima kali sumpah Allah SWT, dan ia menempati fungsi jawaban atas rangkaian sumpah Ilahi itu. Tentu ada hubungan khas antara sumpah dan jawabannya. Sumpah-sumpah itu merupakan alat yang digunakan Allah SWT untuk lebih menguatkan penegasan atas jawabannya, yaitu kandungan ayat ini. Ini mengingat saking nyamannya kita dengan hal-hal material dan keduniaan hingga kita lalai dengan tujuan utama di balik semua ini dan menganggap hal-hal kebendaan ini sebagai yang hakiki.

Dengan rangkaian sumpah ini Allah hendak mepersiapkan diri kita untuk mudah menyadari bahwa fakta dan realitas yang sesungguhnya nyata adalah janji-janji Allah di balik permukaan duniawi ini. Ya, masalah diri kita bukan hanya kebodohan. Sekalipun sudah tahu, kita masih bisa lalai dan lengah. Ini jauh lebih serius.[ph]

Share Page

Close