• LAINYA

[arabic-font]وَ إِنَّهُ لَتَنْزِيْلُ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ‏[/arabic-font]

 Dan sesungguhnya itu sungguh penurunan [dari] Tuan alam-alam

(QS. Al-Syu’ara’ [26]: 192)

Studi Kebahasaan

  • Kata penunjuk ‘itu’ menunjuk al-Quran yang disebutkan di awal surah (al-Mizan, jld. 15, hlm. 315).
  • Tanzil ‘penurunan’ adalah kata masdar berasal dari kata kerja nazzala (menurunkan). Kata masdar ini di sini bermakna nomina pasif (maf‘ul), yakni yang-diturunkan. Dalam Bahasa Arab, penggunaan kata masdar dalam makna nomina pasif adalah untuk penekanan pada sifat; seolah-olah apa yang diturunkan yaitulah penurunan itu sendiri (al-Tahrir wa al-Tanwir, jld. 19, hlm. 194).
  • Tentang Tuan alam-alam, penjelasannya telah dikemukakan pada tadabur QS. Al-Fatihah [1]: 2.

Hadis

  • Dari Imam al-Shadiq bahwa Nabi saw. bersabda, “al-Quran adalah perjanjian dari Allah untuk makhluk-Nya. Maka, setiap muslim hendaknya merenungkan perjanjiannya dan membaca lima puluh ayat setiap harinya” (al-Kafi, jld. 2, hlm. 609).
  • Juga diriwayatkan dari Imam Ja’far al-Shadiq, “Sesungguhnya Allah menampakkan-diri kepada makhluk-Nya dalam firman-Nya, akan tetapi mereka tidak melihat” (‘Awali al-La’ali al-Aziziyyah fi al-Ahadits al-Diniyyah, jld. 4, hlm. 116).

Tadabur

  • Dalam ayat ini, al-Quran diperkenalkan sebagai hakikat yang diturunkan dan datang dari Tuan (rabb) alam-alam. Penyebutan Allah sebagai “Tuan alam-alam” mengungkapkan bahwa apa yang terdapat dalam al-Quran merupakan hal-hal yang terkait dengan ketuanan dan pengaturan alam-alam. Jadi, jika seseorang ingin mengelola keberadaan dan kehidupan dirinya atau ingin berperan dalam pengelolaan alam dan sistem realitas dalam rangka mencapai tujuannya, maka tidak ada pilihan selain merujuk al-Quran dan menerapkan kandungannya secara sungguh-sungguh. Yakni, kita mengakui atas dasar iman sepenuhnya bahwa Dialah Tuan alam-alam yang dari-Nya al-Quran ini turun dan kita terima.
  • Dalam frasa “penurunan Tuan alam-alam”, Allah (Tuan alam-alam) berposisi sebagai subjek penurunan. Galibnya, para mufasir memaknai demikian. Namun, sekalipun Tuan di sini berposisi sebagai objek (maf‘ul), ini tidak juga bermasalah dan, atas dasar ini, ayat ini berarti: al-Quran adalah penurunan Tuan alam-alam. Yakni, dengan menurunkan al-Quran, sesungguhnya Allah swt. Juga menurunkan sifat-Nya, yaitu Tuan alam-alam, ke tengah umat manusia. Riwayat kedua di atas juga menguatkan pemaknaan ini, dimana dengan menurunkan al-Quran, Allah swt. Menampakkan-diri di tengah umat manusia dengan statusnya sebagai Tuan alam-alam. Dengan kata lain, al-Quran merupakan penampakan Allah swt. dengan nama “Tuan alam-alam” dalam kerangka teks bacaan.
  • Ayat ini diawali dengan kata sambung ‘dan’ yang menyambungkan ayat ini dengan ayat sebelumnya. Ayat-ayat sebelumnya ialah: “Sesungguhnya pada demikian itu terdapat tanda-nyata, namun kebanyakan mereka itu tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuanmu sungguh Dialah Maha Perkasa dan Maha Penyayang.” Setelah menyebutkan dua ayat ini, Allah swt. Memperingatkan pembaca al-Quran bahwa perkataan di dalamnya merupakan firman-firman Allah, Tuan alam-alam, kalam yang luar biasa penting yang turun dari Tuan yang mengelola dan mengatur semua alam. Peringatan ini diperlukan untuk mengatasi sikap yang seolah-olah tidak memandang penting Allah swt. sebagai Tuan yang juga mengatur alam-alam melalui keterangan tekstual al-Quran.[ph]

Share Page

Close