• LAINYA

TAFSIR-QURAN.COM–Setelah beranjak dari hadapan Nabi SAW, pemuda itu pergi ke kota dan menyiapkan perbekalan dengan hati hancur. Ia meninggalkan Madinah menuju salah satu gunung di sekitar kota. Di sana ia menghabiskan hari-harinya dengan ibadah. Mengenakan jubbah kasar dan membelenggu kedua tangannya di belakang lehernya, ia memanggil-manggil:

“Tuanku! Ini hamba-Mu, Buhlul, bersimpuh terbelenggu di hadapan-Mu. Tuanku! Engkaulah yang mengetahui aku. Engkau juga mengetahui kesalahan yang aku perbuat.”

“Penguasaku, Tuanku! Kini aku sudah menjadi orang-orang penyesal. Aku telah menemui Nabi-Mu untuk bertaubat, namun ia mengusirku dan membuatku bertambah takut.”

“Maka aku memohon kepada-Mu dengan nama-Mu, kebesaran-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu, janganlah memupus harapanku, Penguasaku, janganlah menyia-nyiakan permohonanku, jangan pula membuat aku putus asa dari rahmat-Mu.”

Pemuda itu mengulang panjatan doa itu selama empat puluh hari sepanjang siang dan malam, membuat binatang-binatang buas dan liar menangisinya.

“Hamba yang menangis karena takut pada Allah, dosa-dosa akan berguguran dari dirinya seperti dedaunan yang berjatuhan hingga ia kembali seperti di hari ia dilahirkan ibunya.”
Baginda Agung Nabi SAW (Irsyād al-Qulūb, hlm. 206)

Tatkala empat puluh hari dihabiskan dalam ibadah dan doa, ia mengangkat tangannya ke langit dan berkata:

“Ya Allah! Apa yang telah Engkau lakukan untuk kekuranganku? Jika Engkau mengabulkan doaku dan mengampuni kesalahanku, beritahukanlah kepada Nabi-Mu. Namun jika Engkau tidak mengabulkan doaku, tidak mengampuni kesalahanku dan ingin menyiksaku, maka turunkan segera api neraka membakarku atau siksaan di dunia menghancurkanku agar kelak engkau menyelamatkan aku dari aib yang terbongkar di Hari Kiamat!”

Maka, Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi SAW, “Dan orang-orang yang apabila berbuat kekejian”, yakni berbat zina, “atau menzalimi diri sendiri”, yakni melakukan dosa yang lebih keji dari zina, membongkar kuburan dan merampas kain kafan, “mereka segera mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya”, yakni mereka takut kepada Allah sehingga tidak menunda-nunda waktu untuk segera bertaubat, “dan siapa yang mengampuni dosa-dosa kecuali Allah”, yakni Allah berfiman, “Hamba-Ku telah datang kepadamu, hai Muhammad, ingin bertaubat tetapi engkau mengusirnya. Lantas ke mana dia pergi, kepada siapa dia berharap, dan kepada siapa dia meminta pengampunan dosanya kalau bukan kepada-Ku?”

Baca Juga :  QS. Al-Takwir [81]: 5; Profil Manusia Buas, Mayat tapi Hidup

Baca juga: QS. Al Imran [3]: Ayat 135-136; Pemuda Tampan Tapi Keji (1)
Baca juga: QS. Al-Dhuha [93]: Ayat 7; Nabi Sesat (1): Antara Tidak Tahu, Bingung Dan Lengah
Baca juga: Tafsir Kemerdekaan (1): QS. Al-Baqarah [2]: 279, Tidak Menjajah Juga Tidak Mau Dijajah

Kemudian Allah SWT melanjutkan, “dan mereka tidak meneruskan [dosa] yang telah mereka perbuat sedang mereka tahu”, yakni Dia berfirman, “mereka tidak lagi berzina, membongkar kuburan dan mencuri kain kafan”, “balasan mereka itulah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dalam keadaan kekal di dalamnya. Dan itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal.”

Menerima ayat ini, Nabi SAW segera keluar sambil membacanya dalam keadaan sumringah bahagia, lalu bertanya kepada para sahabat, “Adakah yang bisa menunjukkan kepadaku di mana pemuda yang bertaubat itu?”

“Wahai Utusan Allah!” sahut Mu’adz, “kami dengar dia berada di suatu tempat.” Mu’adz menyebutkan ciri-ciri tempat itu.

Baca juga: QS. Al-Nur [24]: Ayat 35: Wahdatul Wujud (1); Kafir Atau Tidak?
Baca juga: Dosa-Dosa Tidak Merdeka (1): Teologi Penjajahan

Nabi pun berangkat bersama sahabat hingga tiba di gunung itu. Mereka mendaki gunung mencari si pemuda dan mendapatinya sedang berdiri di antara dua batu besar dengan tangan terbelenggu di balik lehernya, wajahnya berubah jadi hitam legam, bulu-bulu matanya berjatuhan menyertai cucuran air mata. Ia masih saja berkata-kata:

“Penguasaku! Engkau menciptakanku dalam bentuk yang indah, membuat wajahku tampan. Ah … seandainya aku tahu apa yang hendak Engkau perbuat terhadapku! Apakah Engkau akan membakarku dalam neraka, atau Engkau dudukkan aku di samping-Mu?”

“Ya Allah! Engkau telah mencurahkan kebaikan kepadaku dan melimpahkan nikmat kepadaku. Ingin sekali aku tahu bagaimana akhir hidupku; apakah Engkau akan mengiringi aku seperti pengantin ke surga, atau menyeret aku ke neraka?”

Baca Juga :  Tafsir Sekularisme (1): Ayat-ayat Sekuler (3): Kekuasaan Urusan Allah,Terserah Allah Siapa yang Dia Kehendaki

“Ya Allah! Jika kesalahanku lebih besar dari langit-langit dan bumi, dari Kursi-Mu dan dari Arasy-Mu, aku ingin sekali mengetahui Engkau mengampuni kesalahanku ataukah Engkau akan mempermalukan aku dengan aib kesalahanku di Hari Kiamat?”

“Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang bersih dari dosa, dan orang yang memohon ampunan dari dosa tetapi masih terus berbuat dosa seperti orang yang mengolok-olok Tuhannya.”
Baginda Agung Nabi SAW (Kitab Al-Taubah, Ibn Asakir, hadis no. 10)

Pemuda itu terus mengulang-ngulang doa tadi dalam keadaan menangis dan kepala bertaburan tanah, dikelilingi oleh aneka binatang buas, sementara burung-burung berbaris di atasnya. Mereka semua ikut menangis dengan tangisannya.

Nabi SAW mendekati si pemuda. Ia melepaskan belenggu tangannya dari lehernya, membersihkan tanah dari kepalanya dan berkata, “Hai Buhlul! Berbahagialah bahwa engkau telah dibebaskan Allah dari neraka.”

Kemudian Nabi berkata kepada para sahabat, “Beginilah seharusnya kalian menyesali dosa-dosa seperti Buhlul menyesali dosa-dosanya.” Lalu Nabi membacakan ayat yang diturunkan Allah SWT tentang Buhlul dan berita surga untuknya.[PH]

Baca juga: QS. Maryam [19]: Ayat 96; Syarat Menjadi Manusia Rahmatan Lil Alamin
Baca juga: QS. Al-Anbiya’ [21]: Ayat 105; Masa Depan Dunia Dan Pelaku Sejarah Masyarakat
Baca juga: QS. Al Imran [3]: Ayat 169; Jihad Dan Syahid, Dua Ajaran Unik Dan Istimewa
Baca juga: QS. Al-Mursalat [77]: Ayat 15; Dari Membohongi Diri Sendiri Sampai Membohongi Allah

Share Page

Close