• LAINYA

 [arabic-font]الْيَوْمَ تُجْزَى‏ كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ إِنَّ اللَّهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ‏[/arabic-font]

Pada hari ini setiap jiwa akan dibalas atas apa yang diperbuatnya; tidak ada kezaliman pada hari ini. Sesungguhnya Allah Mahacepat menghitung.”

(QS. Ghafir [40]: 17)

Tadabur

  • Melanjutkan Bagian Pertama, perhitungan dan pertanggungjawaban amal setiap orang ditegakkan secara tepat dan adil; setiap orang akan mendapat balasan setimpal dengan tindakan dan perbuatannya hingga tidak ada lagi kezaliman. Itu hanya terjadi di akhirat, bukan di dunia ini, karena dunia tidak memadai untuk menampakkan semua hakikat tindakan dan dampak-dampaknya (Muhammad Husain Thabathaba’i, Tafsir al-Bayan, jld. 5, hlm. 65).
  • Adakalanya sebagian pihak mempertanyakan keadilan Allah SWT dan mengatakan, “Kalau memang Allah itu adil, lalu kenapa kezaliman dan penindasan ini terjadi di dunia?!” Kritik ini muncul karena melalaikan sistem realitas secara utuh dan holistik. Sebagai pendekatan, jika kita tidak bisa menilai kualitas mobil hanya dengan melihat ruang pembuatan kabin mobil di sebuah pabrik mobil, demikian pula kita tidak bisa menilai dengan benar keadilan Allah hanya dengan melihat realitas dunia.
  • Allah SWT mahacepat menghitung dan menilai, karena hisab dan perhitungan-Nya senantiasa bersama dan berada dalam kerangka tindakan kita, juga tidak ada kekuatan lain yang menghadang atau membatasi kehadiran dan pengawasan langsung-Nya. Maka, manakala kita sedang melakukan suatu pekerjaan, seketika itu pula perhitungan Allah berada di lapisan batin pekerjaan kita itu, dan batin pekerjaan ini akan tampak di hadapan kita sendiri pada hari kiamat. Jadi, kalau nasib seseorang di padang Mahsyar nanti terbengkalai, keterbengkalaian ini berasal dari dirinya sendiri, bukan dari Allah. Artinya, keterbengkalaian adalah keadaan yang tentu menyiksa seseorang di hari kiamat lantaran kesalahannya sendiri, bukan kesalahan Allah. Dia mahacepat menghitung dan tidak menganiaya siapa pun barang sedikit saja. Tetapi, kita sendiri dan perbuatan kita itulah yang menyebabkan nasib kita jadi terbengkalai. Keadaan ini bahkan bisa berlarut sekian abad, “Mereka tinggal di dalamnya berabad-abad” (QS. Al-Naba’ [78]: 23).
  • Balasan dan ganjaran Allah SWT tergantung pada apa saja yang telah kita perbuat. Apa saja yang telah diberikan kepada kita merupakan modal dan bekal kita untuk bergerak menuju dan menjumpai Allah. Yang penting, dengan modal ini, apa yang kita peroleh dan apa yang hilang dari kita. Apa yang kita peroleh akan menentukan nasib kita di akhirat dan kepribadian kita di dunia.
  • Kiamat adalah hari keadilan juga hari tidak adanya penganiayaan. Dua kalimat ini, kendati tampaknya satu makna, menyoroti dua aspek di hari kiamat. Hari itu merupakan hari tampaknya hakikat dan kenyataan segala sesuatu hingga semua hak akan kembali kepada pemiliknya.
  • Ayat ini perlu direnungkan dalam rangkaian ayat sebelum dan sesudahnnya dari surah yang sama, yakni surah Ghafir yang terfokus pada masalah kiamat. Allah SWT memperingatkan hari perjumpaan kita dengan-Nya, yaitu hari dimana semua menjadi tampak dan nyata di hadapan Allah; tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Di hadapan Tuhan Yang Mahatahu dan Mahakuasa, perhitungan dan pengadilan setiap orang yang berlangsung cepat dan tepat.
  • Kemajuan mutakhir peradaban manusia sangat membantu pemahaman mengenai ayat-ayat tentang kiamat. Tatkala kapasitas besar data bisa disimpan dalam satu elemen kecil dan dapat dihadirkan dalam waktu singkat hingga tampak di hadapan mata, Allah Penguasa semesta alam sangat kuasa melakukan hal yang sama dalam waktu yang lebih singkat lagi.
  • Teknologi serbacanggih seperti komputer, handphone, flashdisk dan semacamnya tentu saja dibuat atau digunakan bukan supaya kita jadi lengah akan tujuan kita diciptakan, tetapi justru seharusnya menunjang kesadaran kita menjadi kian kuat dan meningkatkan komitmen kita dalam beragama dan beretika.[ph]

Share Page

Close